22

6.8K 1K 132
                                    

TWENTY TWO

.
.
.

"APA?!" 

Suasana menjadi hening. Semua mata menatap lelaki jangkung yang dengan tenang menjabarkan sebuah kebenaran.

"Oh Tuhann..." wanita paruh baya itu memegang kepalanya dengan dramatis. Suaminya hanya bisa memutar bola mata melihat tingkah sang istri.

"Ma, kau tidak apa-apa?" respon heboh putra bungsunya menambah gelengan sang kepala keluarga. 

"Bagaimana dengan Hyuna?" Pria paruh baya itu mengabaikan dua orang yang masih bertingkah dramatis.

"Aku menceraikannya, Pa. Anak dikandungannya itu bukan anakku." Lelaki itu terlihat santai.

"Apa rencanamu selanjutnya, hyung?" Tanya lelaki yang lebih muda.

"Well, Aku akan menetap disini selama beberapa waktu. Aku harus mendapatkan mereka, membangun keluarga kecil bersama mereka." jelasnya.

"Bagaimana pekerjaanmu disana, Jae?" Pria paruh baya itu menatap putranya dengan raut serius.

"Aku mengambil cuti selama dua bulan." 

"Ya Tuhann.. aku masih tidak percaya ini." wanita itu menggeleng pelan.

"Apa mama marah?" Jaehyun memegang tangan mamanya yang terulur diatas meja.

"Marah karena putraku menghamili seseorang dan tidak bertanggung jawab? Ya mama marah. Mama dan Papa tidak pernah mengajarkan kau bersikap brengsek, Jung Jaehyun!" Wanita itu menatap putranya dengan tatapan nyalang.

"Maaf, Ma. Aku memang orang yang brengsek. Tapi aku akan memperbaiki semuanya. Mama mau kan menerima Taeyong dan Taehyun sebagai menantu dan cucu mama?" Tanyanya dengan rasa khawatir.

"Memiliki cucu menggemaskan dan menantu yang baik? Mama tidak bisa menolak. Tapi jika kau bersikap brengsek lagi, mama sendiri yang akan mencarikan suami dan ayah yang baik untuk mereka. Ingat itu, Jung!" Ancam mamanya.

Jaehyun meringis. Ia benar-benar harus berusaha untuk mendapatkan mereka dan memperbaiki semuanya.

"Segera bawa cucuku kemari, Jae. Aku ingin cepat-cepat memanjakan cucuku." Mamanya terlihat antusias. Tetapi melihat raut wajah putranya yang berubah sendu, ia bangkit dan berjalan kearah putra sulungnya.

"Ada apa, sayang?" Tanyanya dengan nada khas keibuan.

"Taehyun marah padaku, Ma. Aku tidak tau harus bagaimana." Jaehyun meraih tangan mamanya lalu menempelkan di pipinya.

"Sayang, berikan dia waktu. Dekati Taehyun pelan-pelan." Wanita itu membelai rambut putranya dengan sayang.

"Kau ingat apa yang Papa lakukan ketika dulu kau marah pada Papa?" Sang kepala keluarga membuka suara.

Seakan mendapat pencerahan, Jaehyun tersenyum. Ia merasakan dadanya menghangat. Rasanya ia begitu merindukan suasana hangat keluarganya. Merasakan kasih sayang kedua orangtuanya walaupun ia sudah bersikap brengsek. 

Jaehyun bertekad untuk melakukan apapun agar Taehyun memaafkannya. Taehyun juga berhak mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. 

.
.

재용

.
.

Lelaki cantik itu duduk santai di sofa sambil membaca buku. Akhir pekan ia habiskan dirumah bersama putranya yang tengah asik menggambar karakter kuning yang biasa ia tonton di TV. 

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang