25

7.3K 1K 80
                                    

TWENTY FIVE

.
.
.

Lelaki tampan itu berjalan tergesa. Beberapa kali menabrak bahu orang lain yang berada disekitarnya. Ia terus menempelkan handphonenya ke telinga. Berharap orang diseberang sana mengangkat teleponnya dan berhenti membuatnya panik.

"Kumohon, Tae." ucapnya saat tidak juga mendengar jawaban.

'Nomor yang anda tuju-'

"Sial!" Lelaki tampan itu mengumpat sambil berlari menuju mobilnya.

Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Perasaannya sama sekali tidak tenang.

Mobilnya berhenti tepat didepan rumah yang tidak asing lagi baginya. Ia segera turun lalu berjalan menuju pintu rumah itu dengan tergesa. Tangannya mengetuk pintu dengan sedikit brutal.

"Taeyong! Kau didalam?" Teriaknya dengan nada khawatir.

"Lee Taeyong!" Teriaknya lagi saat tidak mendapat jawaban apapun.

Lelaki itu semakin panik. Ia mengacak rambutnya. Peluh membasahi keningnya. Tangannya menarik benda pipih di sakunya. Ia membuka daftar kontak, kemudian menghubungi salah satu nama yang tertera disana.

Tak perlu menunggu lama, jawaban diseberang sana langsung terdengar.

'Halo?'

"Halo, Ten"

'Jaehyun?'

"Ya, ini aku. Apa kau sedang bersama Taeyong?" Tanyanya dengan tidak sabar.

'Apa? Kenapa malah bertanya padaku? Bukankah hari ini kalian ke taman bermain?' Suara di seberang sana juga mulai terdengar panik.

Tanpa menanggapi perkataan diseberang sana, Jaehyun langsung mematikan sambungan telepon. Ia mengacak rambutnya frustrasi. Lalu kemana lelaki itu pergi?

Lelaki tampan itu dengan gusar kembali berjalan memasuki mobilnya. Jaehyun hendak menyalakan mesin mobil ketika merasakan handphonenya bergetar. Tangannya menarik benda pipih itu dari saku celananya.

Matanya terbelalak membaca sebuah pesan beserta gambar dari sebuah nomor yang tidak dikenalnya.

+8278xxxxxxxx

Jika kau ingin dia selamat, datang jemput dia sebelum pukul 6

Jika kau ingin dia selamat, datang jemput dia sebelum pukul 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehyun menggeram. Tangannya mencengkram setir dengan kencang hingga buku-buku jarinya memutih. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul 3 sore. Bahkan orang itu tidak menyebutkan alamat kemana ia harus pergi. 

Once Again (Jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang