1.1

1.4K 265 53
                                    

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

DANIEL menatap Jihoon yang sedang menatap beberapa makanan manis di depannya dengan pandangan berbinar. Sudah dua bulan berlalu sejak Daniel dan Jihoon mulai tinggal bersama di apartemen yang baru dibeli Daniel. Berada di dekat sungai Han,  apartemen itu menunjukkan kota Seoul.

Meskipun masih merasa was-was dengan keberadaan Kuanlin yang sepertinya belum bergerak untuk mencarinya,  Jihoon sudah tidak mengalami serangan panik dan ketakutan berlebihan seperti saat pertama ia datang kepada Daniel. Terkadang Daniel akan membawa Jihoon bersamanya untuk pergi bekerja,  tapi sejak dua minggu lalu—Jihoon mengatakan ia sudah baik-baik saja.

Daniel selalu pergi ke kantornya di saat ada kegiatan yang mengharuskannya untuk melakukan rapat atau agenda penting lainnya. Seperti hari ini,  Daniel akan berada di apartemen seharian bersama Jihoon. Sejak seminggu setelah kedatangannya,  Jihoon mengatakan kalau ia sedang mengandung anak Kuanlin.

Anak ketiga di keluarga Lai Kuanlin dan Park Jihoon. Daniel benar-benar penasaran dengan hal apa yang dilalui oleh Jihoon selama ini,  apa selama ini dia ketakutan seperti ini? Apa dia tidak dicintai oleh Kuanlin? Ada banyak pertanyaan yang tersangkut di lidah Daniel untuk dimuntahkan keluar.

Akan tetapi di sinilah Daniel,  mencoba menjadi alpha yang baik untuk Jihoon. Daniel telah membaui Jihoon agar pemuda itu merasa tenang, omega seperti Jihoon pasti akan mendapatkan cibiran jika ia berada di sisi seorang alpha yang bukanlah mate. Sebuah ironi bagi Daniel,  ia yang begitu mengharapkan Jihoon—harus menelan kenyataan pahit karena ia bukanlah mate Jihoon.

Jika Daniel ingin,  seharusnya ia bisa melakukan re-claim atau membuat luka baru ditengkuk Jihoon. Mengoyak selaput itu dan menjadikan Jihoon sebagai pasangannya,  namun proses itu akan menyakiti Jihoo,  bahkan mungkin membunuhnya. Dan itu akan jadi hal terakhir yang Daniel inginkan di dunia ini,  kematian Daehwi yang tragis saja belum bisa dilepaskan Daniel dari pikirannya—apalagi Jihoon.

Jihoon menatap Daniel yang sedang hanyut dalam lamunannya, ia bertanya-tanya kenapa Daniel jadi semakin sering melamun. Seolah pria itu sedang memikirkan bagaimana caranya menghentikan peperangan di belahan dunia sana atau bencana kelaparan yang terus menjadi isu sosial.

"Daniel!" panggil Jihoon lembut. "Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Tidak,  memangnya ada apa?" tanya Daniel sambil meletakkan cangkir kopinya.

"Kau hanya jadi lebih banyak melamun akhir-akhir ini."

Daniel hanya tersenyum kecil ke arah Jihoon dan mengacak rambut kecokelatan Jihoon sambil tertawa pelan mendengar keluhan Jihoon. Pandangan Daniel menerawang mengingat hari-hari di mana mereka masih berusia dua puluhan awal yang menjalani hidup sesuka hati, Daniel lalu menjauhkan tangannya dari Jihoon dan memilih untuk segera menghabiskan kopinya. Hari ini ia berjanji pada Jihoon akan mengantarnya memeriksa keadaan bayi dalam kandungannya yang telah memasuki bulan keempat. 

3| Stay Beautiful [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang