0.4

2.2K 361 11
                                    

🍂🍂🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂
🍂
🍂

TIGA hari berlalu dengan cepat, membuat Seongwu semakin merasa frustrasi. Karena Daniel benar-benar membuatnya terasa seperti tahanan, yang semakin membuat Seongwu frustrasi adalah—Daniel bertingkah seperti sipir penjara, ia hanya datang untuk memberikan makanan dan juga pakaian ganti untuk Seongwu yang sekarang harus rela tangannya diikat lagi ke kepala ranjang Daniel karena dia sempat melayangkan pukulan telak ke wajah Daniel.

Seongwu menatap datar jendela yang berada tidak jauh dari ranjang yang menampilkan pemandangan sungai Han yang terlihat jelas sedang diterpa sinar mentari. Biasanya Seongwu akan pergi ke tempat kerja sambilannya yang berada di daerah stasiun Gangnam. Seongwu masih memiliki banyak sekali pekerjaan paruh waktu yang ia lakukan bahkan setelah ia mendapatkan gelar sarjananya dua setengah tahun yang lalu, mencari pekerjaan sebagai seorang pekerja seni tidaklah semudah yang dibayangkan, sebab di Korea Selatan—selama kau memiliki wajah yang rupawan dan bisa ditempa sejak usia muda, maka pekerjaan sebagai bintang idola ataupun model bisa dengan mudah di dapatkan.

Tentu saja Seongwu telah mencoba peruntungan itu setahun yang lalu, tapi yang ada—dia malah ditipu dan malah berbalik sekarang harus membayar uang denda. Seongwu menghela napas panjang mengingat jumlah uang yang harus dibayarnya kepada para pemeras itu demi keamanannya. Terakhir kali Seongwu menolak untuk membayar uang yang diminta dan berniat melapor ke polisi—Seongwu malah harus masuk ke rumah sakit dan dirawat selama dua hari karena luka yang di deritanya, karena itu Seongwu berhenti melawan untuk keselamatannya. Seongwu yang sudah yatim piatu sejak masih di bangku kedua sekolah menengah atas terpaksa harus berjuang sendirian menjalani hari-hari berat yang ada di depannya.

"Kau sudah bangun?" suara serak dan berat Daniel membuat lamunan Seongwu terhenti.

"Memangnya aku terlihat seperti sedang bermimpi?" sahut Seongwu sarkas.

Daniel hanya mengangkat bahunya tidak peduli, ia meletakkan dua potong roti bakar yang telah ia beri sirup maple dan juga segelas susu tawar. Sarapan yang sederhana, atau lebih tepatnya sangat sederhana, Seongwu tahu kalau selama ini makanan yang Daniel berikan itu datang dari mini market yang ada di setiap sudut kota Seoul. Daniel melepaskan tangan kanan Seongwu dan menatap Seongwu yang kini meraih susu hangatnya. Sejak kemarin, Daniel memutuskan untuk menunggui Seongwu sampai makanannya habis.

"Aku benar-benar terasa seperti sedang dipenjara," batin Seongwu.

"Kau harus menghabiskannya sesegera mungkin, aku harus pergi ke kantorku. Oh ya, setelah aku kembali nanti... aku rasa, aku akan menanyakanmu banyak hal. Kau sebaiknya mempersiapkan dirimu jika kau ingin selamat, kalau saja kau berniat untuk kabur tanpa memberitahuku jawaban dari pertanyaanku nanti, aku bisa pastikan kalau kau akan kehilangan nyawamu dengan cara terburuk yang bisa kau bayangkan."

Seongwu tanpa sadar menelan salivanya, ia tahu sejak dahulu Daniel memang seseorang yang berbahaya. Posisinya sebagai seorang Alpha yang memiliki kekuatan juga posisi untuk membuat Seongwu menjadi seseorang yang paling menderita di dunia ini. Daniel dan segala reputasinya itu membuat bulu kuduk Seongwu merinding, tentu saja Daniel adalah sekutu yang kuat, namun saat ini ia adalah lawan tangguh bagi Seongwu. Lawan yang Seongwu pikir bisa ia hadapi dengan rencana yang telah ia pikirkan, tapi rasanya semua itu terasa sia-sia untuk saat ini. Daniel yang memegang skenario yang akan dipentaskan kali ini dan Seongwu sudah berdiri di panggung pertunjukkan dan sedang disaksikan oleh orang-orang yang akan menilai dan menunjukkan siapa sebenarnya pemenang dari perang yang baru saja dimulai itu.

3| Stay Beautiful [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang