2.2

818 159 24
                                    

💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦

💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦

AMARAH Daniel berada di ubun-ubunnya saat ini, ia tahu kalau Seongwu selama ini hidup dengan cara yang cukup bebas. Ia akan menumpang di rumah Alfa yang mau menampungnya dan sebagai gantinya, Seongwu akan membayarnya dengan tubuhnya. Saat masih menjadi seorang Beta, Seongwu tidak pusing dengan kemungkinan dirinya akan hamil atau tidak. Seongwu tidak pernah benar-benar memikirkan bagaimana caranya hidup dengan benar, ia selalu pergi dan memporak-porandakan tempat yang akan ditinggalinya.

Daniel mengetahui semua itu dan ia mencoba menerimanya. Ia tidak ingin membuat Seongwu terus hidup di dalam lingkaran setan lebih lama lagi, apalagi saat ini Seongwu sedang mengandung buah hatinya―darah daging Daniel. Setelah mengambil napas panjang, Daniel mencoba mendekat ke Seongwu yang meringkuk, menghimpit perutnya dengan kedua lututnya.

"Kita akan tetap ke rumah sakit," ucap Daniel dengan nada datar.

Seongwu terisak di posisinya, tidak mengatakan apapun. Ia menggigit bibir bagian bawahnya sekuat yang ia bisa agar nama itu tidak keluar dari bibirnya, apapun yang terjadi ia tidak boleh menyebutkan nama orang itu. Namun Daniel tidak bisa, saat ia masuk ke sisi kemudi, aroma itu semakin menggila dan ia bisa melihat seluruh bulu kuduk Seongwu meremang. Ia sedang dalam kondisi buas, sebuah istilah yang digunakan saat seorang Omega merasa terancam dengan Alfa yang bukan pasangannya.

Daniel benar-benar tidak mengerti lagi dengan seluruh permainan konyol ini, Seongwu yang menjadi Omega yang jatuh tentu akan mengalami kasus ini. Kasus di mana ada aroma lain yang menempel padanya, Daniel merasa harga dirinya tersakiti. Tetapi Seongwu sedang mengandung anaknya, buah hatinya. Ia tidak mau egonya malah menyakiti Seongwu dan membuat mereka berpisah.

Dengan segala pertahanan yang bisa ia buat, Daniel mengemudikan mobilnya melewati jalanan yang sedikit berlumpur karena hujan yang turun di siang hari tadi. Seongwu masih meringkuk di kursinya, masih terisak, namun Daniel tidak melakukan apapun untuknya. Lebih tepatnya tidak ada hal yang bisa Daniel lakukan untuk Seongwu saat ini. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Daniel sesekali melirik Seongwu yang terdiam dalam posisinya. 

Begitu mereka sampai di rumah sakit, Daniel keluar terlebih dahulu dan meminta seorang perawat Beta untuk menenangkan Seongwu yang ketakutan. Perawat tersebut membawa injeksi untuk membuat Seongwu tenang. Daniel memperhatikan bagaimana Seongwu yang akhirnya lemas dan diangkat naik ke atas ranjang sebelum di dorong masuk menuju ruang Unit Gawat Darurat. Aroma Seongwu memang tidak menggila seperti beberapa saat yang lalu, namun aroma yang mengusik Daniel itu masih membungkus Seongwu dengan erat. 

"Apa anda wali dari Omega ini?" tanya seorang perawat yang membawa papan alas kertas di tangannya. 

"Ya," jawab Daniel pelan. 

"Kalau begitu saya butuh anda untuk melengkapi beberapa data milik pasien."

Daniel tidak berkomentar apa-apa dan mengikuti perawat itu menuju bagian administrasi, lalu saat ia selesai dengan dokumen milik Seongwu. Daniel bergegas untuk kembali ke ruang UGD, di mana seorang dokter yang menangani Seongwu meminta perawat untuk memeriksa denyut nadi Seongwu. 

"Denyut nadinya semakin lemah! Cepat pasangkan selang oksigen!"

"Ada apa?" tanya Daniel pada salah satu perawat yang baru saja mendorong tabung oksigen mendekat ke arah ranjang Seongwu. 

"Sepertinya kondisi Omega ini sangat lemah, setelah diperiksakan tekanan darahnya cukup tinggi dan hal itu membahayakan bayinya."

 Tentu saja hal itu mengangetkan Daniel, Seongwu dan bayi yang ada di dalam kandungannya berada dalam bahaya.

"Kita harus melakukan operasi sesar segera, kondisi bayi semakin mengkhawatirkan."

Dokter itu lalu menyuruh para perawat untuk mempersiapkan ruangan bersalin. Melihat wajah pias Daniel, Dokter yang menangani Seongwu mendekat ke arahnya. 

"Apa anda adalah pasangan dari Omega ini?"

"Y-ya."

"Saat ini kami akan melakukan operasi sesar untuk menyelamatkan bayi dan juga pasangan anda, pasangan anda mengalami hipertensi eklamsia. Situasi di mana tekanan darahnya yang tinggi memicu terjadinya kejang dan semakin turunnya kesadarannya. Mungkin anda dan pasangan anda tidak menyadari kalau pasangan anda mengalami hipertensi ini karena memang gejalanya yang tidak mudah dideteksi oleh orang awam. Karena itu, satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka adalah dengan melakukan operasi ini."

Penjelasan panjang lebar dari Dokter bernama Cindy itu tidak berhenti, "kemungkinan abrupsio plasenta telah terjadi pada kandungan pasangan anda, hal ini sangat membahayakan keduanya. Bahkan mungkin apabila pasangan anda berhasil melalui masa krisis ini, kemungkinan pasangan anda mengalami sakit jantung sangat besar."

Daniel benar-benar dibuat terpaku. 

"Saya akan mengusahakan yang terbaik, tapi semuanya bergantung pada bagaimana Tuhan menggariskan segalanya. Tolong tetap doakan pasien dan buah hati anda."

Dokter itu lalu berlari meninggalkan Daniel, langkah Daniel masih tegap namun pandangannya sudah tidak fokus. Terakhir ia melihat bayangan dokter itu masuk ke dalam salah satu ruang operasi yang kini lampunya menyala, pertanda tindakan operasi sedang dilakukan. Ia berdiri mematung di sana seperti orang bodoh, Daniel ketakutan. Ia tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya. 

Harus kemana Daniel sekarang bersandar? 

Kemana ia harus berbagi ketakutannya ini?

Namun saat memikirkan Seongwu yang bertaruh nyawa saat ini di meja operasi, tentu saja Daniel yang berdiri di depan ruang operasi tidak merasakan ketakutan melebihi Seongwu. Ia akhirnya mendudukan dirinya di kursi depan ruang operasi, yang Daniel tahu operasi sesar yang dilakukan tidak akan berlangsung lebih dari satu jam. Hanya sejam, dokter yang menanggani Seongwu juga telah berjanji akan mengupayakan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa Seongwu dan bayinya. 

Semuanya akan baik-baik saja. 

Itulah yang dipercayai Daniel saat ini. Kata-kata itu terus berulang di kepalanya, kakinya terus bergerak seperti berlari. Hal itu membuat beberapa orang yang berlalu-lalang di dekatnya menenggok, memberikan tatapan prihatin dan penasaran tentang apa yang sedang ditungguinya di dalam ruang operasi. Aroma khas obat yang memenuhi indera penciuman Daniel membuatnya tidak dapat menangkap aroma feromon milik Seongwu, ia seperti dibutakan selama beberapa saat karena bau obat-obatan. 

Lalu ponsel Daniel bergetar, saat ia mengeluarkannya dari saku. Saat itulah sebuah panggilan masuk, datang dari nomor yang tidak diketahuinya. Daniel mengerinyit sejenak namun memilih untuk mengangkat panggilan itu. 

"Halo?"

"Daniel, ini aku Brian. Kau sedang ada di mana? Aku baru saja sampai di pondokmu, tapi tidak ada seorangpun yang membukakan pintu sejak tadi."

"Aku sedang berada di rumah sakit."

"Ada apa? Apa sesuatu terjadi?"

"Hyung, Seongwu sedang berada di ruang operasi ... aku tidak tahu harus bagaimana."

"Aku akan menyusul ke sana bersama Lee, kuatkan dirimu. Seongwu sedang berjuang di dalam sana untukmu dan juga bayi kalian."

Dan saat panggilan itu terputus, dada Daniel semakin sesak. 

"Tapi bayi itu baru berusia empat bulan lebih, bagaimana caranya ia bisa bertahan?"

3| Stay Beautiful [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang