🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
KUANLIN datang menemui Daniel tepat di hari ketujuh setelah Jihoon mulai tinggal di tempatnya. Mendatangi Daniel dengan aura tenang yang semakin membuat Daniel tahu kalau Kuanlin hendak melakukan sesuatu.
Langkah kaki Kuanlin yang masuk ke dalam ruangan milik Daniel menggema, coat hitam yang digunakannya dan juga tataan rambut yang terlihat rapi membuat Kuanlin semakin memancarkan aura miliknya. Daniel hanya diam di balik mejanya sambil menatap Kuanlin tajam.
"Lama tidak bertemu, Hyung."
Sapaan Kuanlin yang terlihat hanya sebagai bahan basa-basi membuat Daniel muak. Ia tahu apa yang sedang berada dalam pikiran Kuanlin saat ini.
"Jihoon sedang berada di tempatmu kan, Hyung?"
Bukan sebuah pertanyaan. Daniel lebih tahu kalau itu adalah sebuah pernyataan mutlak. Kuanlin mengetahui di mana keberadaan Jihoon saat ini.
"Dia sedang berada di tempatmu saat ini. Memohon agar kau mau membantunya bersembunyi dariku... Jihoon pasti melakukan hal itu bukan?"
Daniel menatap Kuanlin sengit.
"Kau tidak bisa menyentuhnya."
"Dia pasanganku. Baik secara hukum maupun takdir. Kau yang seharusnya tidak menyentuhnya Hyung!"
"Kau membuatnya menderita!" sergah Daniel.
"Kalau kau menganggap hal itu sebagai sebuah penderitaan. Bukankah itu berarti kau adalah orang tidak menghargai apa yang telah kau miliki?"
Perkataan Kuanlin membuat Daniel tersentak.
"Apa Daehwi saja belum cukup? Apa kali ini kau ingin... Omega malang itu menjadi orang selanjutnya yang kau hadiri pemakamannya?"
Daniel mengcengkram pegangan kursinya sambil menatap Kuanlin dengan rahang yang mengeras. Ia tahu kalau cepat atau lambat Kuanlin pasti akan bergerak cepat dan mengumpulkan seluruh informasi yang dibutuhkannya untuk menjatuhkan lawannya dan saat ini―Daniel adalah lawan yang sedang dihadapi oleh Kuanlin.
"Kalau dia sedang berada di tempat Hyung... atau lebih tepatnya tempat tinggal Kang Young yang tidak lain adalah Kakak tertuamu."
"Sampai di mana kau mengetahui semua ini dan bersikap seolah-olah kau sedang berada di rumahmu yang nyaman?"
"Aku mengetahuinya sejak awal...."
"Kau...."
"Lalu apa yang kau harapkan Hyung? Menghalangi Jihoon untuk pergi di saat dia memilih mati dibanding berada di sisiku? Di sisi anak-anak yang dilahirkannya?" Kuanlin tersenyum pahit saat mengatakan hal itu. "Aku berharap semua ini bisa berhenti. Baik untuk diriku, Jihoon dan kau Hyung. Berhenti mengacaukan hidup orang lain untuk sebuah obsesi, Jihoon tidak akan pernah menjadi milik orang lain. Tubuh itu dan jiwa itu... akulah pemiliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
3| Stay Beautiful [√]
Fanfiction✿.。.:* ☆:**:. 𝑜𝓃𝑔𝓃𝒾𝑒𝓁 .:**:.☆*.:。.✿ "Tidak, aku tidak akan memberikanmu cinta yang mudah. Aku tidak akan memberikanmu ketenangan yang kau idamkan, aku akan jadi racun juga madu yang akan membunuhmu." Pertemuan dengan Seongwu adalah rangkaia...