2.1

893 157 54
                                    

  💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦  

  💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦  

"DI DALAM LINDUNGANNYA jiwa-jiwa yang tersesat akan bisa menemukan jalan kembali. Bagi mereka yang tenggelam di dalam kegelapan, biarkan jiwamu dituntun menuju jalan cahaya yang ada!"

Seruan dari Pastor yang sedang melakukan misa membuat Seongwu seperti sedang dihukum. Ia merasakan luapan rasa ketakutan itu membungkusnya, padahal ucapan dari Pastor itu tidaklah langsung ditujukan kepadanya. Namun melihat bagaimana damainya wajah orang-orang yang berada di sekitarnya―Seongwu tidak tahu lagi harus bagaimana. Minggu lalu memang Daniel datang bersamanya untuk menghadiri Misa, namun hari ini ia harus pergi ke New York untuk menghadiri sebuah rapat yang akhirnya bisa digelarnya bersama dengan beberapa investor yang dikenalnya baik dalam membuka sebuah perusahaan baru saat mereka kembali ke Korea.

Lantunan nyanyian mulai menggema di sekitar Seongwu dan saat itulah rasa mual mulai mencekik di bagian leher Seongwu dan membuatnya akhirnya menyelinap untuk pergi ke luar, tidak. Ia tidak bisa, ia tidak bisa berhadapan dengan Tuhan dalam keadaan sekotor ini, ia benci. Ia membenci perasaan ini.

❅❅❅

Begitu sampai di rumah, Daniel merasa heran karena seluruh lampu yang ada di rumah tidak dinyalakan. Akhirnya Daniel menyalakan lampu di bagian ruangan tengah dan berjalan mendekat ke arah kamar tidur miliknya dan Seongwu. Terlihat jendela yang dibuka dan membiarkan angin malam berembus masuk meniup tirai yang terpasang dan menutupi Seongwu yang sedang duduk di kursi rotan yang berada di dekat jendela.

Begitu Daniel mendekat, ia menyadari kalau Seongwu tertidur dalam posisi duduk dan meringkuk. Syukurlah Seongwu mengenakan syal ditubuhnya sehingga dia bisa terlindungi dari suhu dingin, Daniel berjongkok di hadapannya, ia memandangi wajah Seongwu yang terlelap dan terlihat sedikit sembab. Bulu mata Seongwu yang panjang, alis yang rapi tersusun dan bibir tipis berwarna merah muda membuat Daniel terus merasa terpesona dengan kecantikan yang Seongwu miliki, ia tidak terlihat lemah seperti Omega lain, namun Seongwu sama seperti Omega lainnya yang rapuh dan butuh dilindungi. Saat telapak tangan Daniel yang hangat menyentuh pipi Seongwu, pemuda itu akhirnya terjaga dari tidurnya.

"Kau sudah kembali?" gumam Seongwu.

"Aku kembali," jawab Daniel dengan senyuman.

Seongwu mengangguk dan membalas senyuman itu, ia terkejut bukan main saat Daniel dengan cepat menggendongnya dan menaruhnya di atas ranjang.

"Lain kali tidurlah di ranjang, kau bisa merasakan sakit di seluruh tubuhmu jika tidur seperti itu lagi, Hyung."

"Baiklah," sahut Seongwu.

Daniel tersenyum lagi dan mengusak rambut Seongwu pelan.

"Aku akan meminta Nyonya Ellen untuk membawakan makan malam kita, kita bisa makan malam sesegera mungkin ... apa Hyung ingin mandi dulu?"

"Eh ... iya, aku akan mandi dulu."

Seongwu lalu beranjak menuju ke kamar mandi. Saat ia keluar Daniel sudah tidak ada di dalam kamar tidur mereka, sepertinya Nyonya Ellen sudah datang membawakan makan malam sehingga sosok Daniel menghilang. Seongwu mengambil kaos dan celana training untuk digunakannya, saat ia tidak sengaja melihat penampilannya di kaca yang berada tidak jauh dari pintu keluar, Seongwu menahan napas. Ia bisa melihat bagaimana perutnya semakin membesar, bahkan gundukannya mulai menonjol.

Terpaku dengan penampilannya, Seongwu sampai lupa untuk bernapas. Syukurlah Daniel masuk ke dalam kamar untuk memeriksa keadaan Seongwu, saat melihat Seongwu yang terpaku dengan wajah pucat―Daniel memegang lengan Seongwu dengan sentuhan yang halus dan hal itu membawa Seongwu kembali ke kenyataan. Ia bernapas dengan kasar dan membuat Daniel memasang wajah khawatir.

"Hyung kau tidak apa?"

"Ya ... aku baik."

Daniel lalu tersenyum lembut dan menuntun Seongwu untuk pergi ke meja makan mereka. Makan malam itu berlangsung dengan cepat, Seongwu menikmati masakan yang tersedia begitupula dengan Daniel. Tetapi mata Daniel begitu awas melihat perubahan drastic dari tingkah laku Seongwu, ia tidak mengerti. Terkadang Seongwu bisa terlihat begitu hidup dan tersenyum, namun terkadang ia akan banyak berdiam diri dan melamun. Mengingat apa yang pernah dokter sampaikan tentang keadaan rentan Seongwu selama masa kehamilan membuat Daniel semakin dilanda kekhawatiran.

Seorang Omega Pria, memiliki sebuah sindorm di mana perkembangan bayi di dalam kandungan mereka lebih cepat dibanding wanita ataupun omega wanita. Karena itu di masa kehamilan ini perut Seongwu sudah terlihat seperti seseorang yang berada di pertengahan awal dari kehamilan. Daniel dan Seongwu belum memeriksanya lagi sejak tiga minggu lebih pindah dari New York.

Setelah makan malam. Seongwu memutuskan untuk masuk ke kamar terlebih dahulu dibandingkan Daniel, dan saat Daniel masuk ke dalam―ia menemukan Seongwu yang sedang berlutut dalam posisi sedang berdoa di dekat ranjang mereka. Mata Seongwu terpejam dan bibirnya bergetar.

"Tuhan, aku takut ... ketakutan ini terus memangsaku. Tolong aku, tolong hilangkan ketakutan ini. Jika kau ingin memberikan balasan atas apa yang kuperbuat dahulu, tolong ... tolong sakiti diriku saja. Biarkan aku saja yang menanggungnya."

Hati Daniel seperti dipukul dengan sesuatu yang tumpul. Ia selama ini merasa kalau dengan membuat Seongwu mampu tersenyum, maka itulah kebahagiaan. Namun saat melihat Seongwu yang terlihat meringkuk ketakutan membuat Daniel sadar hal yang selama ini membelenggu Seongwu. Saat melihat Seongwu yang terisak lebih hebat Daniel akhirnya berlari ke arahnya dan menangkap tubuh Seongwu yang hampir membentur lantai dengan keras. Saat kulit mereka bersentuhan, Daniel dapat merasakan suhu tubuh sangat tinggi dan saat kedua mata Seongwu terbuka sedikit, pandangan sayu sarat akan rasa sakit itu seperti memerintahkan Daniel untuk melakukan sesuatu.

"Daniel," panggil Seongwu pelan.

"Hyung bertahanlah, kita pergi ke rumah sakit sekarang!"

Daniel menggendong Seongwu keluar kamar dan dengan langkah cepat menuju ke mobil miliknya yang terparkir tepat di depan teras rumah. Saat Daniel hendak menutup pintu mobil, ia menciumnya. Aroma semerbak buah dan rumput segar yang bertiup, Daniel berbalik dan menemukan Seongwu yang mengeliat tidak nyaman. Pikiran Daniel kabur saat itu, karena saat feromon Seongwu melayang ke udara ada aroma lain yang tidak Daniel kenali terbang bersama dengan aroma milik Seongwu.

Sebelum Daniel sempat mengatakan sesuatu, Seongwu lebih dahulu mengatakannya layak peluru yang ditembakkan tepat ke arah Daniel―

"Menjauh dariku!"

3| Stay Beautiful [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang