"Dia memang memberiku luka, tapi untuk bersamanya, aku bahagia."
Ini adalah cerita sepasang kekasih yang bahagia pada masanya. Hubungan yang sudah terjalin lama mereka nikmati dengan bahagia.
Tapi, tidak ada cinta yang tidak mengenal luka bukan?
05m...
Sekarang pukul 15:03 di tempatku. Sekarang sedang hujan, cukup lebat. Tapi aku menutupi suaranya dengan heatset.
"Deri, jangan rindu." Itulah yang aku katakan saat melihat langit abu-abu pekat.
Tidak perlu panjang lebar bukan. Disini aku akan menceritakan tentangnya. Dia yang membuat hari-hariku bahagia pada masanya. Tapi bukan hanya warna yang dia berikan, namun juga luka.
Namanya Deri, laki-laki, beruang hangatku. Seorang yang terlalu menyebalkan, yang bisa membuatku mampu jatuh cinta terlalu dalam.
Baiklah, dengan hujan juga kopi hangat yang mendukung. Kita akan kembali ke masa itu. Masa dimana aku dan dia, masih menjadi "KITA".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang panas, pendingin ruangan yang menyala, buku komik yang menumpuk, musik dari handphone yang cukup nyaring, juga aku yang dengan santai berbaring di zona nyaman tersebut sambil mengunyah beberapa camilan.
Aku menutup komik yang selesai kubaca, lalu merentangkan diriku di atas kasur menatap langit-langit kamarku lalu menghembuskan nafas. Fikiranku melayang kepada beruang hangat milikku yang sejak tadi tidak ada kabar.
Seketika musik dari handphoneku mati, lalu menimbulkan nada dering telfon, aku langsung meraihnya, dan tersenyum senang, MyDerrr❤️ tertera disana. Buru-buru aku mengangkatnya.
"Dimana?" Tanya seorang di sebrang sana dengan cepat.
"Dirumah."
"Buruan keluar, mau ketemu gak?"
Tanpa memperdulikan apapun, aku beranjak turun dari zona nyamanku hari itu, dengan tergesa membuka pintu rumah. Senyumku mengembang saat melihatnya beberapa langkah dariku.
Kulihat pria tinggi itu mematikan telfon kami, lalu melambai kearahku dengan senyum. Aku tersenyum dan langsung berlari kencang kearahnya, aku merindukannya, sangat.
Walau hanya beberapa jam kami tidak bertemu.
"Deri, kangen!" ucapku saat sudah berada di depannya. Dengan tampang memelas. Kulihat dia tersenyum kecil.
"Kamu mau apa? Bilang sama Deribear, nanti di kabulin."
Ah, dia lucu sekali.
"Peluk." ucapku.
"Itu aja?" dia bertanya, aku meangguk senang. "Mudah." ucapnya lalu memelukku erat, dan aku memeluk dirinya erat. "Aku juga kangen." bisiknya ditelingaku. Rasanya hampir tak ingin kulepaskan pelukan ini. Sangat nyaman.
"Dikirain ga dikangenin balik." ucapku masih dalam pelukannya, aroma khasnya dapat kucium, aku semakin suka.
"Aku kangen semuanya." Ucapnya dingin, namun hatiku bisa berdebar dibuatnya.
Aku melepaskan pelukan itu, menatapnya penuh arti. Kupegang kedua pipinya, berjingkit, lalu mengecup pipinya, "Saya lega ngelepas rindu."
Dia senyum, senyumnya membuatku tersenyum juga. Dia mencubit pipiku. Tidak sakit, aku suka.
"Saya senang, kamu ternyata rindu." Ucapnya, mampu membuat pipiku memerah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Figialien here! Ini cuman cerita 2orang tokoh utama, yang ceritanya hanyalah sebuah khayalan namun terasa nyata.
Cuman hasil dari kegabutan hqq, ditambah inspirasi dari teman-teman paling gadanta.
Gimana prolognya? Kurang A6 ya? Oke cuktaw koq. Tapi baca dulu aja, siapa tau nyaman kiw kiw.