—🌛🌛🌛—
Aku cukup santai sekarang, karna nilai semester satu sudah dibagi. Walau nilainya rata-rata, aku tidak menyesalinya. Walau aku berfikir usahaku memang sia-sia. Tapi buatku, aku sudah berusaha.
Belakangan ini aku jarang berdua dengan Audrey. Kurasa dia agak berbeda semenjak pembagian nilai. Sekarang lebih tertutup dan tidak seceria dulu. Aku memilih selalu bersama Adel saat disekolah.
Aku juga malas meladeni Audrey yang sekarang. Dia tidak bersyukur pada nilainya yang segitu. Padahal nilaiku lebih rendah darinya. Tapi dia tetap kokoh kalau nilainya tidak seberapa. Bukannya itu malah menghinaku?
Sepulang sekolah hari itu aku berjalan dengan lima temanku yang lain. Kulihat Audrey menatap kearahku di depan gerbang. Aku hanya tersenyum saat melaluinya. Tapi dia malah memanggilku.
"Ju." Dia memanggilku Juju, gatau kenapa. Terserah dia, aku juga gak keberatan.
Aku menengok kearahnya. Lalu menengok lagi kepada kelima temanku, menyuruh mereka duluan.
Audrey menarik tanganku kearah taman yang tidak jauh dari sekolah. Taman itu sepi ketika pulang sekolah, hanya ramai saat menjelang malam. Dan juga hari minggu.
"Ju, gua berubah?" Tanyanya.
"Engga, hehehe." Ucapku sambil tersenyum dedaunan di taman itu jatuh seketika ditiup angin.
"Serius." Ucapnya membuat senyumanku pudar.
"Iya rey, tapi gapapa."
"Iya apa?" Tanyanya.
"Iya, berubah. Bukan lonya aja, gua juga."
"Berubah gimana?" Tanyanya lagi.
"Bukan lo yang berubah. Tapi kitanya, udah ga kaya dulu lagi kan." Aku menatap jauh kedalam matanya. Dia juga begitu.
"Gua sama aja ternyata," ucapnya tersenyum simpul, "Berusaha bikin orang tetap disini, berusaha bikin orang seneng. Tapi malah bikin mereka pergi."
Aku diam, aku tidak bisa menatapnya yang seperti ini. Ada rasa tidak tega, tapi rasanya kesal juga.
"Bodoh ya?" Ujarnya.
"Ga gituu." Ucapku ragu, "Tapi, gapapa beneran. Kita cuman jarang ngobrol aja."
"Gua kecewa sama hasil nilai gua. Bukan apa-apa, lo tau keluarga gua Ju." Dia menatapku, ada getar di bibirnya, "Awalnya gua marah. Tapi gua mikir, udah berlalu, gabisa dirubah."
"Yang bisa dirubah cuman hari-hari yang akan datang." Ucapnya, kenapa baru sadar sekarang? Dari kemaren-kemaren kemana aja? Aku mengumpulkan unek-unek dalam diriku.
"Kenapa ga bersyukur sama nilai akhirnya? Jujur, gua ga suka diri lo yang kek gitu." Tampangku serius sekarang. Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan sesuatu yang menyakitkan pada temanku, tapi hari ini terpaksa kulakukan, "Lo terlalu over, gua jadi males."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] My Home.
Teen Fiction"Dia memang memberiku luka, tapi untuk bersamanya, aku bahagia." Ini adalah cerita sepasang kekasih yang bahagia pada masanya. Hubungan yang sudah terjalin lama mereka nikmati dengan bahagia. Tapi, tidak ada cinta yang tidak mengenal luka bukan? 05m...