22. Ending scane

84 6 5
                                    

Saying "one day we'll meet in the clouds

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saying "one day we'll meet in the clouds."

-🌛🌛🌛-

DERI BAJINGAN
Nis, aku pamit
Jam 7 penerbangan aku ke sulawesi
Kamu baik-baik disini, jangan bandel
18.03

Kakiku melemas ketika membaca pesannya. Air mataku ingin menetes, ntah kenapa. Lama tak mendapat kabar darinya, tapi saat dia memberi kabar, malah kabar seperti ini. Kabar dia yang ingin pergi lebih jauh dariku.

Kulihat sekarang sudah jam setengah tujuh. Penerbangannya jam tujuh. Apa aku bisa menyusulnya? Melihat wajahnya untuk terakhir kalinya.

Aku berpamitan dengan buru-buru dengan mamaku. Aku jujur kalau ingin menyusul Deri ke bandara. Aku memilih naik motor sendiri, dari pada naik transportasi lain, yang bisa saja lebih lambat.

Tidak peduli apapun lagi. Aku menggas motorku melaju. Kearah tujuan yang selalu kurindukan. Dinginnya malam sudah tidak kuhiraukan, aku masih memakai baju olahraga sekolahku. Benar-benar nekat.

Dijalan aku hanya meminta pada tuhan, untuk mengizinkanku bertemu dengannya. Sekali lagi. Sebelum benar-benar tidak bisa melihatnya lagi. Aku menangis. Pengendara yang bodoh. Menyetir sambil menangis.

Andai aku bisa terbang. Andai aku bisa menghilang. Andai aku bisa teleportasi. Deri, tunggu. Jangan pergi dulu. Kamu harus bertemu Nismu dulu. Tunggu ya Deri. Sebentar lagi.

Lampu-lampu jalanan menerangi jalanku. Aku masih melaju, berdoa saja aku bisa selamat sampai tujuan. Angin dingin itu merasuki tubuhku, aku tidak memakai jaket. Hanya kaos olahraga sekolah yang tipis. Itu membuatku menggigil.

Akhirnya aku sampai di bandara, kuparkirkan motorku lalu berlari masuk ke bandara.

Kulihat banyak sekali orang disana. Seperti mustahil aku bisa menemukannya, Tuhan? Masih bisakah aku bertemu dengannya?

Aku tidak menyerah sampai pintu masuk bandara. Padahal aku tahu, sekarang sudah jam tujuh lewat lima. Yang artinya, Deri sudah pergi. Aku berlari masuk, dengan bodohnya juga saking gugupnya aku tidak terfikir untuk bertanya kepada pegawai disana. Aku hanya ingin bertemu Deri.

Aku tidak menemukannya. Aku duduk lemas di kursi tunggu sambil menumpu siku diatas paha. Aku menutupi wajah dengan tanganku. Aku menangis. Aku sudah seperti orang bodoh disini. Mana mungkin bisa bertemu dengannya lagi, bagaimanapun besarnya usahaku untuk menemuinya, tetap saja aku tidak akan bertemu dengannya.

Deri, aku rindu. Semesta, kenapa dunia setidak adil ini padaku? Aku hanya ingin melihatnya untuk terakhir kalinya, aku juga ingin memeluknya. Kalau semua itu tidak boleh, izinkan aku melihatnya saja, dari kejauhan juga gakpapa, asal aku melihatnya.

Dadaku sesak sekali. Suara ricuh orang-orang tidak kuhiraukan lagi. Aku tetap menangis. Aku menyesal, karena tidak bisa bertemu dengannya. Aku ingin bilang kedia, kalau aku rindu.

[END] My Home. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang