I want to be your favorite place to go. When you've had a bad day or good day.♡
Seperti malam-malam biasanya aku makan bersama bersama kedua orang tuaku. Karna pada saat itulah semuanya bisa berkumpul, berbincang, juga berbagi bersama.
Kurasa menjadi anak tunggal memang beruntung. Tapi kurasa juga tidak senyaman itu. Terkadang aku kesepian dirumah, tidak ada teman bincang dan hanya melakukan hal-hal monoton setiap harinya.
Setiap harinya aku bercerita tentang sekolahku. Gosip yang ada di sekolah. Pokoknya apapun itu aku ceritakan pada mamaku.
Terkadang seseorang tidak semua yang terbuka sepertiku. Aneh juga, kurasa mamaku tempat terbaik untuk bercerita. Jadi, aku tidak segan-segan mengungkapkan semuanya.
Kalo abahku sih ya gitu, ikutan dengerin doang. Katanya gamau banyak komen, takut salah.
Iya, abahku itu baperan. Ngahaha.
Tapi aku sayang."Ma, temen Sonya di les ada yang namanya Heri." Ucapku saat selesai makan. Mamaku hanya diam, memberi peluang untukku melanjutkan cerita.
"Temen Sonya juga ada yang namanya Geri."
"Pacar Sonya si Deri." Lanjutku tersenyum.
"Iya, akhirnya semua pada lari."
Aku mengerucutkan bibir. Pantas saja tanggal lahir Deri sama dengan mamaku. Walau beda bulan. Nama mereka awalannya juga sama, D. Sifatnya juga sama, sama-sama ngeselin.
Malam itu aku izin keluar untuk beli minum. Angin malam itu benar-benar dingin, kota tetap ramai tak kenal waktu. Termasuk aku yang berjalan sendirian ditengah kerumunan sambil menghisap minuman.
Aku rindu Deri.
Kufikir hanya sebentar aku keluar malam itu. Tapi tidak ketika aku menemukan bazar buku yang ramai. Tergodalah seorang sepertiku. Mana tertera disana harga yang murah. Ah, ngilerr.
Akhirnya aku mampir, tapi tidak beli. Dasar memang, bagaimanapun juga uangku hanya sisa dua ribu rupiah. Jadi aku hanya cuci mata malam itu.
Setelah bosan aku baru sadar, aku sudah menghabisakan satu jam disana. Sudah jam sepuluh sekarang. Astaga Sonya kalau udah asik sama dirinya sendiri pasti lupa waktu.
Aku bergegas pulang sambil berlari, Hoodie jaketku kupegang sempurna agar tidak terlepas. Kakiku berlari memasuki komplek rumahku yang sudah sangat sepi.
Saat di depan rumah aku melihat Deri, Kenapa? Kenapa semalam ini? Apa aku berhalusinasi karna terlalu rindu?
Aku mendekatinya yang duduk di kursi depan rumah sambil memainkan handphone, tangan satunya lagi memainkan kunci motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] My Home.
Teen Fiction"Dia memang memberiku luka, tapi untuk bersamanya, aku bahagia." Ini adalah cerita sepasang kekasih yang bahagia pada masanya. Hubungan yang sudah terjalin lama mereka nikmati dengan bahagia. Tapi, tidak ada cinta yang tidak mengenal luka bukan? 05m...