My best days are with you
—🌛🌛🌛—
Beberapa hari yang lalu, Deri mengajakku pergi ke pesta ulang tahun temannya. Walau aku ragu ingin ikut, akhirnya aku ikut juga.
Acara pemotongan kue sudah selesai tadi. Sekarang terserah mau melakukan apapun.
Deri lagi bersama teman-temannya yang lain sekarang, tertawa gembira. Dan aku, hanya terfokus pada banyak makanan di depanku. Aku mencicipi setiap satu jenisnya. Tidak buruk juga aku datang kesini. Walau tidak ada satupun yang ku kenal.
Eh, bukan. Ada sih yang kukenal. Mantan Deri itu. Dia hadir juga. Kulihat anaknya juga lucu, apa aku salah menilainya sejak pertemuan pertama?
Aku juga bertemu yang kata Deri mirip aku itu. Agak berbeda sih, lebih cantik cewek itulah kalau dibandingkan denganku. Tapi mungkin sifatnya memang mirip.
Aku kembali terfokus pada acara makan-makan gratis malam itu. Lagian yang lain asik berpesta.
Sampai akhirnya degupan musik itu berhenti bertepatan dengan dimatikannya lampu, aku mengok kebelakang, beberapa anak mulai berkumpul di tengah. Yang mana hanya lampu tengah itu yang menyala. Ada apa?
"Nis." Panggilan itu membuatku menengok lagi kearah semula. Siapa lagi yang memanggilku begitu kalau bukan Deri.
"Mau dansa ga?" Tanyanya tersenyum padaku. Astaga, Deri masih terlihat tampan dalam kegelapan.
"Gimana? Aku gabisa." Ucapku jujur, memang tidak pernah.
Deri tersenyum, lalu menarikku ketengah. Dimana kulihat semua orang sudah mempunyai pasangannya. Ntah hanya aku orang asing disini.
"Gini, aku pernah yah sekali dansa waktu SMA." Ucap Deri padaku, "Pas prom."
Dia memegang tanganku, lalu melingkarkan di lehernya, "Lingkarin tangan Nis kaya gini, oke."
"Oke." Ucapku mengangguk, menurutinya.
Dia melingkarkan tangannya juga pada pinggangku, "Abis itu, liat aku." Dia menatapku, "Kaya gini." Ucapnya.
Aku tidak banyak kata, hanya berkata iya sambil menatapnya yang lebih tinggi dariku.
"Abis itu gerakin kaki Nis, ke kanan." Dia mengiringku bergerak ke kanan, membuatku ikut terbawa. "Ke kiri, ke depan, ke belakang." Lagu sudah di mulai dari tadi. Hanya kami yang terlambat melakukannya.
Akhirnya aku terbiasa dengan gerakan itu, Deri mengikutiku. Aku tersenyum, dia juga. Lalu dia mengedipkan matanya. Dasar usil.
Kuakui malam itu aku jatuh kedalam pesonanya. Deri tampan dan agak hot ketika berpakaian seperti ini. Padahal dia hanya memakai jas yang kancingnya sudah terbuka, tidak memakai dasi, dan hanya menampakkan kemeja putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] My Home.
Jugendliteratur"Dia memang memberiku luka, tapi untuk bersamanya, aku bahagia." Ini adalah cerita sepasang kekasih yang bahagia pada masanya. Hubungan yang sudah terjalin lama mereka nikmati dengan bahagia. Tapi, tidak ada cinta yang tidak mengenal luka bukan? 05m...