2. Cause i'm your home

83 9 0
                                    

Tidak peduli seberapa besar dia pernah menyakitiku, hatiku tetap memilihnya.

"Liat muka aku." Perintahku padanya. Dia menurut dan menatapku.

"Emang aku peduli?" Ucapku, sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan.

"Saya benci kamu." Ucapnya.

"Masa?"

"Iya."

"Aku juga benci kamu."

"I love you more." Ucapnya tersenyum.

Jangan tergoda dengan senyum manisnya Sonya Nicole. Inget lo lagi ngambek.

"Yuk, aku singgah di rumah kamu ya?"

"Kita kan mau ke temjon." Ucapku.

"Nis mau?"

"Iya, mau."

Dia tersenyum lagi. Gila ini orang keknya senyum terus. Ga kuat.

"Yaudah ayok temjon." Ucapnya sambil berdiri dari duduk. Lalu mengulurkan tangan padaku. Aku menyambutnya dengan senyum. Jadi ilang ngambeknya.

"Nanti keburu ujan." Ucapnya berjalan sambil menggenggam tanganku erat. Begitu juga aku.

"Kan seru ujan-ujanan."

"Ga seru. Masuk angin. Nanti yang kerokin aing siapa?"

"Iyasih, aku juga gasuka hujan." Ucapku sambil melihat wajah Deri yang serius ketika berjalan.

Mungkin kebanyakan orang menyukai hujan. Tapi aku tidak. Itu membuat ribet kurasa. Ya walau ada masanya hujan itu menenangkan. Tapi jangan sampai teringat mantan. Kalo aku sih, ingetnya Deri.

Kalo Deri baca ini, kujamin dia bakal bilang Dasar tukang gombal.

"Aku sukanya kan langit." Sambungku.

"Aku sukanya Nis. Jadi ga suka hujan." Ucapnya. Membuatku tersenyum.

"Nanti Nis marah kalo aku suka hujan. Dia gamau di duain sih." Sambungnya kali ini matanya menatapku. Kugenggam erat tangannya. Tidak usah ditanya, aku sangat menyayanginya.

Kami berduapun berjalan kearah temjon. Agak ramai hari itu karna sedang weekend.

"Nis, isi kartu dulu sana." Ucap Deri, aku tidak sebucin itu ya mau aja di suruh-suruh. Akupun menolak.

"Kok aku. Cowo dong yang ngantri."

"Cowo jagain photo boothnya, nanti yang lain masuk."

Alesan ae bambank.

"Kamu." Ucapku sambil cemberut. Akhirnya dia mengalah.

"Yaudah deh, tunggu bentar."

Diapun mengantri tidak jauh dariku, "Mbak duit saya 100, tapi bisa gak dikasih 200? Nanti saya ganti sama nomor saya. Gimana?" Ucap Deri tersenyum kepada perempuan itu. Si kampret.

[END] My Home. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang