1. Ku kenalkan tuan rumahku.

162 13 0
                                    

Apa yang terbesit difikiranmu saat mendengar kata orang yang special? Apa kalian mempunyai orang yang special dihati kalian? Tentu saja ada.

Seperti ibumu, ayahmu, sahabatmu, atau pacarmu sebagai bonus.

Behubung aku ada janji dengan seseorang yang special. Seperti yang kusebut diatas. Aku akan menceritakan sedikit tentangnya.

Bukan cerita ibuku atau ayahku, bukan juga sahabatku. Ini tentang manusia menyebalkan yang datang tiba-tiba lalu mengetuk pintu hatiku. Dan pada akhirnya hatiku terbuka untuknya.

Namanya Deri.

Dia hangat seperti beruang. Kadang dia menggemaskan di waktu yang salah, tapi itu lucu.

Dia bilang dia berbeda. Memang. Dari wajahnya juga berbeda dari siapapun. Juga dari caranya yang membuatku bahagia juga berbeda.

Dia memanggilku Nis, padahal namaku Sonya. Katanya karna aku manis. Hehe.

Dia yang suka ngaku manis padahal - Deri

Heh! Jangan buka kartu.

Kalau cerita pertamakalinya Deri menyatakan cinta mungkin tidak usah kuceritakan. Nanti kalian jatuh cinta padanya.

Bukan jatuh cinta sih, malah lebih ingin menampolnya. Bayangkan saja perempuan mana yang tidak kesal saat cowonya menyatakan perasaannya. Eh bunganya ketinggalan. Nungguin dia ngambil bunga dulu. Kan kesel. Tapi lucu. Tapi kesel. Tapi lucu.

Itu juga malam yang berkesan, di mana Deri yang sering membuatku tertawa akhirnya resmi menjadi milikku.

Sudah dulu ya basa-basinya.
Dia sudah tiba.

Sore yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore yang indah. Dengan rindu yang tak pernah lelah, Deri menepati janjinya untuk mengajakku jalan hari ini. Karna beberapa hari dia terlalu sibuk dengan kuliahnya di semester pertama.

"Yuk jalan." Ucap Pria tinggi dihadapanku.

"Kemana?"

"Nis mau kemana?"

"Ke kuburan." Jawabku.

"Yaudah ayo, kita kuburin kenangan yang lalu." Ucapnya sedikit tertawa.

"Kan alaynya kumat." Ucapku sambil menutup pintu rumah. Lalu menyelipkan jariku di jarinya.

"Kemana?" Dia bertanya.

"Ke hati kamu boleh?"

"Udah, gausah gitu, kang ngalus." Ucapnya sambil menutup mukaku dengan telapak tangannya. Buru-buru aku menyingkirkannya.

Kami hanya berjalan kaki tanpa tau harus kemana. Kurasa Deri memang suka kencan dadakan.

Tangan kami masih bertautan, seperti tak ingin kehilangan.

[END] My Home. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang