7. Semoga baik-baik saja

45 6 3
                                    

"Sesuatu yang tidak akan menjadi kenyataan, lalu kenapa kamu harapkan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesuatu yang tidak akan menjadi kenyataan, lalu kenapa kamu harapkan?"


-🌛🌛🌛-

Ruang persegi itu sangat membosankan. Guru bahasa indonesiaku terus mengoceh tanpa henti didepan sana. Aku menopang kepalaku dengan telapak tangan sambil pura-pura memperhatikan.

Kulihat Adel teman sebangkuku asik menggambar, kulihat sekeliling juga asik dengan kegiatannya masing-masing. Rasanya aku hendak mendengarkan ocehan guruku walau aku mengantuk. Aku tahu rasanya diabaikan.

Tak lama, hujan turun diluar, mengalihkan perhatianku. Siang bolong seperti ini, dan hujan turun, itu menyegarkan.

Matahari itu tak menghilang saat hujan datang, aku selalu berfikir ketika hujan, Deri pasti rindu. Tapi ini hujan panas, tidak mendung.

Aku memejamkan mata, lalu menggeleng sebentar. Deri pernah bilang,

"Jangan mikirin aku pas di sekolah, nanti kamu pengen pulang."

Kuurungkan niatku untuk memikirkannya. Lalu kembali terfokus kepada soal yang diberikan sejak tadi. Adel sangat tidak membantu, inikan pekerjaan kelompok untuk teman sebangku, dia malah asik menggambar.

"Gue gamau ngerjain." Ucapku mendorong buku paket itu kepadanya. Dia menghentikan aktifitas gambar menggambarnya, dan menoleh.

"Gausah di kerjain." Ucapnya santai, "Nyontek aja."

Dari manasih aku dapat teman kaya dia?

Pelajaran bahasa indonesia pada jam terakhir itu membuatku tidak bisa berfikir. Paragraf-paragraf panjang dalam buku itu membuatku mengantuk.
Bawa aku ke kasurku tolong.

Benar saja, aku dan Adel tidak mengerjakan soal itu sampai pak pelajarannya habis. Lagian dijadikan pr.

Aku berjalan sendirian. Hujan hari itu reda, bau khasnya dapat kucium. Tak lama sebuah motor telah berada disebelahku, kutengok ternyata Genta.

"Ikut?" Tanyanya.

"Boleh?"

"Ayo."

Akhirnya aku naik. Oh iya, Genta itu sahabatku, dia laki-laki. Aku mengenalnya sejak SMP. Dia baik. Tapi sayang, terlalu tampan.

Pernah waktu itu aku melihat handphonenya, sudah seperti asrama putri. Beberapa dari mereka pernah minta nomor Genta kepadaku. Aku memberikannya, lalu dimarahi olehnya.

[END] My Home. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang