"Dia memang memberiku luka, tapi untuk bersamanya, aku bahagia."
Ini adalah cerita sepasang kekasih yang bahagia pada masanya. Hubungan yang sudah terjalin lama mereka nikmati dengan bahagia.
Tapi, tidak ada cinta yang tidak mengenal luka bukan?
05m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Seperti kata 'akhiri' itu mudah baginya."
—🌛🌛🌛—
Hari yang buruk.
Hanya itu yang terlintas di kepalaku. Aku menumpu tanganku di palang pelabuhan sambil melihat sungai. Dengan angin yang menyapu wajah juga rambutku.
Tadi pagi, aku terlambat datang sekolah. Terpaksa membersihkan lapangan saat jam pertama. Setelah itu, aku mendapat kabar Audrey dikunci di toilet oleh Riska membuatku marah, dan adu mulut terjadi.
Yang lebih buruk, Adel bercerita padaku malam dimana aku keluar dengan Genta, dia melihat Deri dengan seorang cewek. Dari ciri-ciri yang diceritakan Adel persis seperti Jessica mantan Deri itu.
Aku menghembuskan nafas. Mataku menatap jauh keujung sungai. Aku mengajak Deri bertemu, sekarang sedang menunggunya.
Pelabuhan sore itu tidak terlalu ramai. Tapi kepalaku ramai akan pertanyaan.
Tak lama Deri datang dengan senyum. Tapi senyuman itu tidak dapat menenangkanku, atau menghilangkan lelahku hari ini. Tidak biasanya.
Dia mengikuti posisiku, menatap jauh keujung sungai tanpa bicara.
"Kemaren, kamu jalan sama Jessica?" Kutanya, tidak memandang kearahnya.
"Engga." Ucapnya.
Bohong.
"Adel ga mungkin bohong." Ucapku.
Dia diam. Hari dimana dia mengatakan dia mabuk hari itu membuatku kesal. Di tambah dia tidak jujur padaku.
"Gausah boong."
"Iya ketemu." Ucapnya.
"Ngapain boong?!"
"Kamu juga jalan sama Genta kan."
Aku tersenyum meremehkan, dia balas dendam?
"Tapikan aku minta izin sama kamu Der." Ucapku berpaling menatapnya, "Kenapa ga jujur sih Der? Kenapa ga minta izin kaya biasanya?"
Dia diam. Memberi ruang untuk aku bicara lebih banyak.
"Sekarang kamu udah jarang sama aku. Terus, malah jalan sama mantan kamu tanpa sepengetahuan aku. Maksudnya apa. Kalau Adel gak ngasih tau, aku gabakal tau." Nada bicaraku sore itu keras. Suasana hatiku kacau.
"Kamu masih sayang sama aku ga sih?!"
Berubah. Dia berubah. Dia bohong. Dia pergi dengan cewek lain tanpa sepengetahuanku. Aku pantas mengeluarkan pertanyaan itukan?
Deri menghembuskan nafas. Matanya memandang kearah lain. Setelah itu dia menghadap kearahku lalu menatapku sambil menjilat bibirnya yang kering, "Aku disini aja gabisa bikin kamu yakin kalau aku sayang kamu. Gimana kemarin-kemarin yang aku jarang ngasih kabar." Ucapnya.