Kita pernah bahagia di bawah biru dan hitamnya langit
Kita pernah bahagia melihat senja ungu dilangitKita memang tidak tahu bagaimana kita pada akhirnya
Namun, jika akhirnya memang luka, kenapa kita seakan punya kisah cinta yang sangat luar biasa?
🌛🌛🌛
Akhirnya kita sampai di depan rumahku. Tapi Deri tidak langsung pulang, kami mengobrol dulu.
"Kamu berat banget masa." Ucapnya saat menurunkanku.
"Mana ada."
"Makannya mulai banyak acieeee, ga ngirit lagi cieee."
"Padahal masih."
Iya memang belakangan ini aku menabung untuk semua barang yang ada di wishlistku. Yang dimana selalu bertambah karna aku banyak mau.
Aku tidak meminta ke orang tua karna aku sadar diri. Camilanku di rumah sudah banyak. Uang saku juga dapat. Jadi biarlah aku menabung sendiri.
"Mau beli apaan emang?" Tanya Deri menatapku.
"Adalah."
"Apaan? Kasih tau ga."
"Beli batu." Ucapku asal.
"Beneran?"
"Yekali deri." Ucapku sambil duduk di kursi depan rumah. Bego banget punya pacar, "Di jalanan juga banyak."
"Terus apa?" Tanyanya sambil duduk di sebelahku. Kenapa keppo banget sih?
"Ada dehh."
"Kamu mah, kasih tau dongg."
"Gaada." Ucapku tidak mau ribet.
"Gaada, tapi bilangnya adadeh." Ucapnya dengan nada ingin ngambek. Oke Deri, oke.
"Merch gitu lah pokoknya." Kujawab seadanya dengan jujur.
"Merch BTS? Jualnya dimana?"
"Udah jangan banyak nanya." Ucapku sambil mengecup tangannya.
"Jual merchnya dimana, kasih tau dulu."
Untung sayang.
"Yaallah ini anak kenapa keppo sangat, di ujung kulon Deri."
"Kulon apa?"
"Tempat badak. Masa gatau ih." Ucapku tertawa.
"Jangan ngakak, gatau beneran."
"Iya tempat badak itu."
"Iyadeh tempat badak." Ucapnya. Bagus dia pasrah ngahaha. "Kalau aku tempatnya disini." Ucapnya menunjuk dadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] My Home.
Ficção Adolescente"Dia memang memberiku luka, tapi untuk bersamanya, aku bahagia." Ini adalah cerita sepasang kekasih yang bahagia pada masanya. Hubungan yang sudah terjalin lama mereka nikmati dengan bahagia. Tapi, tidak ada cinta yang tidak mengenal luka bukan? 05m...