Tentang waktu yang semakin terkikis. Aku menghela napas panjang. Matahari telah naik tepat di atas kepala, lalu perlahan ia mulai kembali turun. Membuat bayangan tercipta.
Seseorang pernah bertanya. Kenapa bayangan itu warnanya hitam? Kenapa tidak berwarna?
Sungguh ajaib bukan? Bayangan itu mengikuti semua gerakan kita. Tak tahu kenapa. Tapi ini adalah salah satu kebesaran Allah.
Tak hanya manusia ataupun hewan dan tumbuhan, bahkan benda-benda yang dibuat oleh manusia 3 dimensi juga membentuk bayangan.
Tak terasa waktu cepat berlalu. Bulan telah berpendar malu di luar sana bersama bintang.
"Aaaaaa!!!" Kau berteriak nyaring.
Diam-diam aku menutup telinga dan beranjak dari duduk di hadapanmu untuk mencari lampu kecil.
"Tata!" Kau berteriak lebih kecil dari sebelumnya seraya memanggilku. Aku tetap menutup telinga meski aku merasa kau mulai meraba-raba di depanmu dan tidak mendapatiku ada di sana.
Aku kembali bersama lampu kecil. Dapat kulihat mukamu cemberut dengan penerangan minim, aku hanya tersenyum geli.
Matamu menatap lensaku kesal. Aku terlalu malas mengeluarkan suara, membiarkanmu larut dalam kekesalan. Karena aku tahu, kau paling tidak bisa merajuk lama denganku.
Tanganku bergerak mengarah ke dinding. Terputar bayang-bayang yang kuciptakan. Kau menonton.
"Ta," panggilmu.
Aku menyahut dengan gumaman.
"Kenapa nama Tata, Tata?"
Aku melongo.
Kau memutar kedua bola mata. Mengulangi pertanyaan. "Kenapa nama kamu Tata?"
Aku kembali melanjutkan kegiatan yang tidak penting sama sekali. Bermain bayangan.
"Ta!"
Aku mendengus. "Tanya orang tua yang lahirin aku."
"Kenapa kamu main bayangan?"
Aku terdiam sebentar. Menatap dinding rumah kami yang tak lagi bersih. Penuh coretan tangan anak kecil. Imaji-imaji anak kecil. Yang orang dewasa tak akan pernah mengerti. Semua tampak abstrak. Namun ..., di sana terdapat mimpi-mimpi yang tak dapat diperkirakan. Apakah akan terwujud atau tidak.
"Karena ...," aku mencoba menjawab, "kamu tahu sendiri, La. Kita hanya anak kecil yang tinggal di bawah bayang-bayang orang dewasa."
•••
Tak pernah terpikir akan sesingkat ini.
Dan berujung seperti ini.
Ketika UAS seminggu lagi,
dan hampir frustasi.-Rainyshaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Hujan
Short Story[Completed] Ini hanya kumpulan kisah. Saat jenuh telah menguasai dan hujan membenamkan wajah di tengah dinginnya. Awal di-publish pada : 25 Nov 2018 Copyright© 2018, by Rainyshaa