12 | Surat

95 4 0
                                    

Minggu, 03 Maret 2019

Teruntuk kamu,

Hai! Kamu bisa memanggilku Mega. Mega. Aku lupa apa arti dari Mega. Yang pasti, aku menyukai namaku itu.

Sebenarnya aku tidak tahu bagaimana cara memulai sebuah tulisan. Maksudku, bagaimana cara memulai menulis.

Memang, aku sempat membaca, jika suatu cerita kurang pas diawali dengan perkenalan. Namun anggap saja aku sedang mencoba lewat diary ini.

Oh, ralat, surat.

Aku ingin menghapusnya. Jika ada tip-x, sayangnya, punyaku sudah habis. Malas mencoret. Eh, maaf, aku jadi ngelantur.

Dan, yah, kuharap kamu menerima dengan senang hati surat yang kutulis ini. Dan anggap saja aku memberikan surat ini khusus untukmu.

Love,

Mega

🌙🌙🌙

Senin, 04 Maret 2019


Teruntuk kamu,

Jadi, aku hanya ingin bertanya. Apa yang orang tua kamu lakukan jika melihat wajahmu terlihat sedih? Atau terlihat bad mood?

Yah, kuharap, mereka akan mendatangimu. Duduk di sampingmu. Bertanya pelan, khas suara orang tua kepada anaknya, "Ada apa, Nak? Mau cerita sama Ayah, Mama?"

Dan kau akan menangis. Menumpahkan semua yang terpendam. Hingga orang tuamu, merengkuhmu hangat. Membelai lembut kepalamu. Mendengarkan dengan baik keluh kesah yang kausimpan.

Love,

Mega

🌙🌙🌙

Rabu, 06 Maret 2019


Teruntuk kamu,

Aku.

Capek.

Benar-benar capek.

Teramat sangat.

Bolehkah aku menangis? Tolong, izinkan.

Kali ini saja.

Bolehkah aku bercerita? Tolong, izinkan.

Untuk saat ini saja.

Katakan padaku, kamu akan mendengarkan.

Aku sudah tidak sanggup.

Rasanya ...,

..., sesak.

Hurt,

Mega

•••

Mencoba hal baru.
Maksudku, gaya baru.
Apalah itu namanya.
Hey, aku rindu menulis dengan ringan.
Tanpa paksaan. Tanpa tuntutan.

-Rainyshaa

Aksara HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang