18 | Pelangi

106 5 0
                                    

Seperti krayon yang warnanya diurutkan warna pelangi. Tampaklah sebuah pelangi di kertas. Meski tak seindah di langit. Setidaknya Pelangi masih meyakini, jika namanya dapat membuat hidup yang lain berwarna.

Tak apa. Itu hanya sebuah harapan di atas kertas. Pelangi membuka jendela di kamarnya. Hujan telah reda. Namun masih membekas. Terlihat samar sebuah pelangi terlukis di langit biru muda. Mata Pelangi berbinar.

Tinggal hitungan waktu. Ia akan menghilang. Bersamaan dengan cerah menerangi bumi.

Omong-omong, Pelangi jadi memikirkan. Tentang semua yang indah di dunia. Dan semua waktunya memang sesingkat itu. Seakan tanpa suara mengingatkan, jika kehidupan di dunia begitu singkat, begitu tak terduga.

Seperti hujan yang datang tiba-tiba, lalu berhenti tak diduga. Muncul pelangi yang tak lama juga akan menghilang. Atau layaknya senja yang indahnya hanya sesaat. Bak siang dan malam yang terus silih berganti. Betapa Sang Pencipta merancang dengan sedemikian rupa. Tak usah jauh memandang keluar, cukup lihat diri kita. Organ tubuh semua sel kecil, bekerja tanpa kita sadari. Bukankah itu menakjubkan?

Pelangi termenung menatap pelangi di atas sana. Pasti beberapa orang senang melihatnya. Dan tentunya anak-anak.

Munculnya ia tak bisa diprediksi. Namun warnanya yang indah, tampak mengagumkan. Apa di dalam diri setiap orang juga terdapat hal mengagumkan? Namun Pelangi merasa, dia tak memiliki sesuatu yang mengagumkan. Penakut, pengecut, payah.

Pelangi tahu, tak seharusnya ia berpikir begitu. Ia hebat. Entah dalam hal apa. Dirinya membosankan. Hingga masih terkurung dalam belenggu yang ia cipta sendiri. Bagi Pelangi, dunia luar begitu mengerikan. Namun siapa yang nyaman. Ketika hanya berbicara pada diri sendiri. Saat pikiran telah memantapkan, bahwa mungkin, kesendirian itu masih akan melekat di dirinya.

Jika benar ia bisa menjadi pelangi untuk dirinya sendiri. Pelangi berusaha yakin. Bahwa Pelangi adalah Pelangi. Bagaimanapun dirinya, ia tak perlu menjadi diri yang lain. Tak perlu berubah. Hanya terus memperbaiki. Perlahan demi perlahan.

Hingga ia menjadi Pelangi yang sebenarnya. Pelangi yang dapat membuat orang-orang terdekat ataupun di sekitarnya bahagia. Terlebih membuat dirinya sendiri bahagia.

Pelangi kembali menatap pelangi yang ia lukis di atas kertas.

Menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

Pelangi-pelangi
Alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau, di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan
Pelangi-pelangi
Ciptaan Tuhan

•••

Long weekend!!
Setelah kembali sekolah
Libur lagi

Dan bentar lagi bulan Ramadhan tiba!
Alhamdulillah
Semoga kita masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan yang suci,
bulan Ramadhan❤

-Rainyshaa

Aksara HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang