21 | Aksara Hujan

418 14 2
                                    

Ada banyak kisah saat hujan turun. Entah itu tentang kebahagiaan atau malah kesedihan.

Manusia memang ciptaan Allah yang paling sempurna, tetapi manusia tak pernah luput dari kesalahan. Mereka bisa tertawa dalam beberapa waktu, lalu kembali menangis tanpa aba-aba.

Jari tangan mungil Daisy mengetik di laptop. Bergerak begitu lincah. Dengan senyuman yang kadang terukir, atau malah cemberut karena lupa apa yang harus ia ketikkan. Imajinasi itu berterbangan di atas kepalanya. Hobi yang tak bisa jauh dari dirinya, membuatnya yang berkali-kali berusaha berhenti, berkali-kali pula kembali.

Daisy suka hujan. Hujan yang turun dari langit. Meski Daisy menyukai langit yang menangis, ia tak pernah suka melihat seseorang menangis di hadapannya. Jawabannya sederhana, Daisy tak bisa menenangkannya. Tak tahu caranya. Namun bukan berarti dia melarang orang-orang untuk menangis.

Bagi Daisy, sebuah tangisan itu wajar. Mereka bukan bermaksud cengeng. Mereka hanya mengeluarkan kekesalannya, kesedihannya, kemarahannya, ataupun kebahagiaannya.

Ada banyak kisah saat hujan turun. Ada banyak pula aksara yang terukir saat hujan turun.

Daisy tak pernah bosan mendengar rinai hujan. Seringkali ia memperhatikan lekat air yang jatuh dari langit. Namun terkadang Daisy merasa sedih karena ia tak bisa menangkap tetesan air hujan melalui kamera ponselnya.

Hujan memang begitu indah, tetapi juga bisa mengerikan. Ketika angin bertiup kencang diiringi sahutan petir yang menyambar.

Ada banyak kisah saat hujan turun. Di mana doa-doa dipanjatkan dan Allah akan mengabulkan.

Kata demi kata terangkai menjadi sebuah kalimat hingga paragraf. Kenapa hujan menjadi topik menyenangkan untuk aksaranya?

Daisy pernah menangis. Menangis pilu. Sendirian. Di waktu hujan. Bukan merasa tak ada yang peduli. Namun ketika ia tak dapat mewujudkan impiannya. Impian yang ingin ia tunjukkan pada orang tuanya. Impian yang dia harap bisa membuat mereka bangga.

Sama halnya seperti hujan. Hujannya Daisy juga bisa terdengar menyenangkan, tetapi juga bisa mengerikan. Ketika kemarahan diiringi kekesalan merambat. Tangannya akan mengambil apapun untuk dibanting ataupun untuk disakiti ke tubuhnya.

Gadis pecinta hujan itu mengerti. Namun terkadang ia tak ingin menahan jiwa anak-anak dalam dirinya tertahan di dalam. Sewaktu-waktu jiwa anak-anak itu ingin bermain keluar, meminta keinginan sederhananya terpenuhi. Namun di umur yang telah remaja ini, Daisy tidak bisa selalu membuat jiwa anak-anaknya itu keluar. Sehingga terkadang, Daisy merasa lelah dengan persona yang tidak diketahui orang-orang terutama kedua orang tuanya ketika berhadapan dengannya.

Menurut Daisy, bulir air yang turun dari langit yang sebenarnya dari awan itu adalah aksara-aksara yang ingin keluar. Terdapat imaji-imaji yang menakjubkan, terdapat kesedihan dan tangisan yang tak dapat ditunjukkan, terdapat kemarahan yang harus diluruhkan, dan terdapat hal-hal yang belum bisa diwujudkan, serta pertanyaan-pertanyaan yang tak ingin diketahui.

Apapun itu. Daisy hanya ingin mereka tahu. Jika hujan yang turun tak selamanya menjadi bencana. Entah hujan dalam artian sebenarnya maupun hujan bukan dalam artian sebenarnya.

Daisy ingin mengatakan, ketika kau tidak memiliki teman atau tempat untuk mengeluarkan perasaan. Kau bisa menangis sepuasnya. Bercerita kepada Allah. Kalaupun tidak bisa. Ada satu cara. Satu cara yang sangat disukai Daisy saat ia tidak lagi bisa memendam semuanya.

Yaitu dengan menulis. Menulis. Menulis.

Sebab, dengan menulis, secara tak langsung kita juga sedang mengeluarkan keluh-kesah kepada Allah. Hanya diri kita dan Allah yang tahu.

Tidak ada yang melarang untuk menulis. Tidak ada yang membatasi kita untuk menulis tentang apapun. Menulislah karena dengannya membuatmu merasa lebih baik.

•••

"Aksara hujan hanya sebuah judul dari sekian banyaknya karya di luar sana. Ia hanya sebagian kisah orang-orang saat hujan turun."

•••

Alhamdulillah.
Akhirnya aku memutuskan sampai di sini Aksara Hujan. Karena masih ada aksara lain yang ingin kutulis. Masih ada kisah-kisah lain di satu peristiwa.

Jujur, aku merasa lebih baikan dalam menulis ini. Aku merasa, saat menulis ini imajiku tak lagi terbatas. Ketika satu bab ditulis, saat itu juga berakhir kisahnya.

Oh, ya, makasih buat kalian yang sudah membaca Aksara Hujan. Ingin sebenarnya menambah sub-judul, tapi masih ada rasa takut jika ditambah jadi tidak terselesaikan.

Aku juga mau minta maaf karena baru sekarang update lagi, soalnya kemarin baru aja selesai UKK.

Makasih karena sudah meluangkan waktu berharga kalian hanya untuk membaca karyaku yang satu ini. Semoga ada pesan yang tersampaikan.

Sampai jumpa di karyaku yang lain. In syaa Allah dalam waktu dekat aku akan publish kumcer baru. Iya, masih kumpulan cerpen. Jangan lupa mampir, ya!

Follow juga instagram aku:
rainy_shaa

Wassalammu'alaikum Warrahmatullah

-Rainyshaa

Aksara HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang