Ada banyak yang nyuru cepet-cepet update, tapi pas aku update malah banyak yang siders. Agak kecewa sih sebenernya, ngevote sama komen gampang kok guys nggak sesusah nyari alur buat kelanjutan cerita. Jadi mohon vomentnya jangan dilupakan, karna itu yg buat aku jadi semangat nulis, nah kalo kalian aja cuma bisa nyuru cepet update tapi gak voment aku juga malah males updatenya. kebetulan juga aku kemarin baru selesai uas terus senin mau simulasi kan, tapi ini bela2in loh update cerita. Duh jadi curhat kan:( okedeh sekian dari cuap2 ku semoga kalian mengerti.
Dan selamat membaca cerita dari author amatir ini guys!
"I'm a liar and a cheat, I let my ego swallow me, And that's why I might never see you again."
- Empty Space〰️
"Makasih ya Nyoung udah nganterin gue pulang," Alena memberikan helm dan Hoodienya pada Jinyoung.
"Udah dibilang jangan manggil Nyoung." Kesal Jinyoung.
Alena terkekeh, "Itu panggilan spesial dari gue tau," ucapnya yang membuat jantung Jinyoung berdetak lebih cepat.
"Ya udah sana lo masuk, udah malem," di jam 7 malam Alena dan Jinyoung baru pulang sekolah karena saat perjalanan mereka terhambat hujan yang lumayan lebat dan harus meneduh dulu.
Alena mengangguk, "Lo gak mau mampir dulu? Baju lo basah Nyoung."
Jinyoung menggeleng, "Gak usah, udah malem. Gue mau pulang aja," kata Jinyoung yang lalu menyalakan mesin motornya.
"Yaudah deh, hati-hati ya dijalan."
"Siap princes!"
"Anjir."
Setelah kepergian Jinyoung, Alena memasuki rumahnya. Tubuhnya benar-benar lelah dan kepalanya juga pusing, dia ingin cepat membaringkan tubuhnya di kasur yang empuk. Namun, langkahnya harus terhenti ketika melihat Hyunjin berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam.
"Kenapa baru pulang?" Hyunjin bertanya dengan nada tajam pada Alena.
"Kejebak hujan," jawab Alena singkat, baru saja dia ingin melewati Hyunjin namun langkahnya kembali terhenti akibat Hyunjin yang menghalangi.
"Kok pulangnya sama Jinyoung sih?"
Alena menatap Hyunjin malas, "Bukan urusan lo" ucapnya, lagi pula dia heran kenapa malam-malam begini Hyunjin ada di rumahnya. Apa cowok itu berniat untuk menginap?
"Ayah kamu khawatir karena kamu belum pulang dari tadi, seharusnya kamu telpon rumah biar mereka gak khawatir."
"Ck, bawel banget sih. Minggir lo gue mau masuk." tubuh Hyunjin di dorong sedikit ke belakang oleh Alena.
Bukannya Ale berniat kasar pada Hyunjin , namun kepala nya semakin pusing jika harus berlama-lama berdiri. Dia ingin segera mengistirahatkan hati serta tubuhnya, dan sedari tadi Hyunjin membuatnya kesal dengan terus menghalangi.
Langkah Alena terhenti ketika kakinya melewati ruang tengah 'oh ternyata keluarga Hwang dateng, pasti mau ngomongin soal pertunangan' batinnya berdenyut nyeri.
Alena terus berjalan saat melewati ruang tamu, kepalanya menunduk mengabaikan tatapan heran mereka yang ada di sana.
"Alena!" Panggil Richard, namun Alena mengabaikan dan terus berjalan ke lantai atas.
Richard meminta maaf kepada keluarga Hwang atas tindakan tak sopan putrinya, lalu dia bangkit dari duduknya berniat untuk menghampiri putrinya.
"Kenapa jam segini baru pulang?"
Alena yang sedang mengeringkan rambutnya di buat kaget oleh kedatangan sang Ayah.
"Tadi kejebak hujan yah," jawab Alena, masih tetap fokus pada handuk di tangannya.
"Bikin orang rumah khawatir aja, harusnya kamu kabarin dulu kalo pulang terlambat." tegas Richard.
Alena menghentikan kegiatan nya lalu menatap Ayahnya yang sedang berdiri di depan pintu, "sejak kapan Ayah peduli?"
Richard kaget mendengar penuturan anaknya, "Apa maksud kamu?"
Alena mengangkat bahunya, "Ale pikir Ayah udah gak peduli lagi sama Ale semenjak ada Ryujin" ucapnya tenang.
"Alena! Bicara apa kamu?!"Hampir Richard menampar pipi Alena atas ucapannya yang tak sopan, namun segera ia urungkan.
Alena yang melihat itu terkekeh pelan, menahan gejolak sakit di hatinya, cewek itu berucap—"Kenapa yah, mau nampar? Ayo tampar aja Ale yah, tampar!" Alena tanpa sadar menaikan inotasi suaranya.
PLAK!
Tubuhnya terhuyung ke belakang akibat tamparan keras yang di layangkan Ayahnya sendiri."Jaga ucapan kamu, dimana sopan santunmu sebagai anak hah?" Bentak Richard.
Alena menatap Ayahnya tak percaya lalu memegang pipinya yang terasa perih, air mata mengalir deras di pipinya. Pipinya memang sakit, namun hatinya jauh lebih sakit.
"Kenapa yah? Emang bener kan kalo selama ini ayah lebih sayang sama Ryujin di banding aku, anak ayah sendiri?" Tanya Alena sedikit gemetar.
"Itu karna Ryujin sakit, tubuhnya lemah. Tidak seperti kamu yang sehat!"
"Fisik aku mungkin emang sehat, tapi hati aku jauh dari kata sehat yah. Selama ini ayah selalu mementingkan Ryujin dibanding aku, Ayah pikir dong. Aku juga anak ayah! Aku selama ini udah coba buat ngertiin posisi Ryujin, tapi kali ini maaf. Aku gak bisa, semakin lama aku diam semakin dia gak tau diri!"
PLAK!
Lagi-lagi Alena mendapat tamparan keras dari Richard hingga membuat nya jatuh terduduk ke kasur.
"PUAS YAH? AYAH PUAS NYIKSA AKU?!!"
"Ada apa ini?" Tiba-tiba semua yang ada di bawah menghampiri mereka setelah mendengar keributan di lantai atas.
Sinta yang melihat Alena menangis pun segera menghampiri, "yah, ini ada apa sebenernya?" Tanya nya heran.
Richard menggelen, "Sudah lah Sinta tidak udah pedulikan anak durhaka itu. Minhyun, Bona maafkan saya, keributan ini membuat kalian tidak nyaman. Ayo kembali ke bawah, abaikan saja anak itu." ucap Richard lalu beranjak peninggalkan kamar Alena diikuti orang tua Hyunjin.
Ryujin yang melihat itu menyeringai tipis, sedangkan Hyunjin menatap khawatir Alena yang masih menangis dengan Sinta yang mencoba menenangkannya, baru saja ia ingin menghampiri Alena, namun tangannya sudah ditarik oleh Ryujin untuk kembali ke bawah.
Dan Hyunjin hanya bisa menurut sambil menghela nafas.
'Maafin aku yang gak bisa melindungi kamu bahkan dari ayah kamu sendiri le'
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MALADE [HHJ]
FanfictionIni adalah definisi sakit, tapi tak berdarah yang sesungguhnya. Starting; May 31, 2018 ✔ Story by @putrisl_