20

6.5K 1.1K 226
                                    

AYO BOOM COMMENT LAGI AKU SUKAAAA!!! dan untuk siders, masih kuliatin kalian🌚 vote dan komen yang banyak kalo mau double up.

〰️

Sinta melotot mendengar penuturan anaknya, apa dia bilang? Batalkan? Oohhh tidak semudah itu ferguso!

"Apa alasan kamu minta semua ini dibatalin?" Tanya Sinta sambil menatap tajam Ryujin.

Ryujin menundukan kepalanya, dia menggigit keras pipi bagian dalamnya, "Aku udah gak cinta sama kak Hyunjin."

Bohong.

Jelas sekali jika Ryujin sedang berbohong.

"Jangan ngada-ngada kamu. Kemarin siapa yang ngebet mau dijodohin sama Hyunjin?" Sinta geram dengan tingkah anaknya.

"Tapi bu, aku—"

"Ryu, mau kamu sebenernya apa? Selama ini Ibu selalu nurutin semua keinginan kamu bahkan untuk meminta keluarga Hwang menjodohkan Hyunjin sama kamu. Ibu sampai memohon-mohon dengan alasan balas budi karena dulu kamu pernah menolong Hyunjin yang hampir mati tenggelam."

"Keluarga Hwang sudah terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk pertunangan kalian, tapi kamu dengan gampangnya mengacaukan semua ini, Ibu malu nak, malu!" Ryujin menangis sesegukan mendengar penuturan Ibunya.

"Ibu merasa menjadi orang paling jahat ketika memisahkan Alena dari Hyunjin hanya demi kamu," air mata Ryujin jatuh semakin deras.

Dia egois? Iya, dia memang egois.

Dari kecil apapun yang dia inginkan harus di dapatkan, tanpa terkecuali. Meskipun itu menyakiti hati orang lain, dia tidak peduli.

Dia akan terus memanfaatkan kebaikan orang lain dengan alasan penyakit yang di deritanya.

Leukimia, penyakit yang tiga tahun terakhir ini telah di deritanya. Membuatnya harus rutin minum obat dari dokter.

Dulu, saat dia baru mengetahui bahwa dia mengidap penyakit yang cukup mematikan. Keadaannya jauh dari kata baik-baik saja, dia terus menangis sepanjang malam ketika menjelang tidur, tidak mau makan beberapa hari. Dia berpikir bahwa hidupnya sudah tidak ada harapan lagi ketika penyakit ini mengidap ditubuhnya.

Membuat Ibunya kala itu sangat khawatir akan keadaan putrinya, hingga Hyunjin ikut khawatir akan kondisi fisik Ryujin yang semakin hari semakin memburuk.

Dan kala itu Hyunjin berjanji, untuk selalu berada di samping Ryujin, membantu dia sembuh dari penyakitnya. Untuk selalu ada di sisi gadis itu sampai kapan pun dan menjaga Ryujin yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri, hingga membuat Ryujin bangkit dari keterpurukannya.

Dahulu, Ryujin berpikir bahwa mungkin Hyunjin menolongnya hanya karena belas kasihan dan balas budinya pada gadis itu.

Tapi hari demi hari yang mereka lewati, dengan Hyunjin yang selalu memberi perhatian lebih padanya. Membuat Ryujin dengan lancangnya berharap lebih pada cowok itu. Dia tidak peduli dengan alasan Hyunjin kasihan padanya atau apa, yang dia inginkan adalah Hyunjin selalu ada di sisinya, menemaninya sampai kapan pun.

Semakin lama rasa itu semakin dalam, hingga suatu hari beredar kabar bahwa Hyunjin telah memiliki kekasih yang tak lain adalah Alena.

Hal itu membuatnya murka, dia tidak rela Hyunjin dimiliki orang lain, Hyunjin hanyalah miliknya seorang. Ya miliknya!

"Kak, kamu kan udah janji sama aku kalo kamu bakal selalu ada disamping aku. Sampe kapanpun." ucap Ryujin kala itu setelah mendengar kabar Hyunjin dan Alena.

Hyunjin saat itu hanya mengangguk, "jadi biarpun kakak udah ada kak Alena kakak tetep gaboleh cuekin aku. Kak Hyunjin itu punyaku."

Hyunjin jelas ingin marah saat itu ketika mendengar penuturan Ryujin, bagaimana bisa Ryujin berpikir bahwa dia adalah miliknya. Tapi, lagi-lagi dia dibuat bungkam ketika Ryujin kembali berucap.

"Inget kak, dulu waktu kakak hampir mati siapa yang nolongin kalo bukan aku."

Adalah kata-kata yang membuat Hyunjin diam seribu bahasa, dan memilih menganggukan kepalanya demi untuk membuat gadis yang ada disampingnya senang.

Mau bagaimana lagi, toh Hyunjin sudah terlanjur berjanji pada Ryujin untuk selalu ada di sisi gadis itu. Ya, lelaki sejati adalah dia yang selalu memegang janjinya. Hingga tanpa sadar Hyunjin menyakiti orang yang diam-diam disukainya dulu. Alena.

Ryujin masih menangis diatas tempat tidurnya, tidak bisa berkata-kata ketika mendengar penuturan Ibunya.

Ya, dia menyadari bahwa dia adalah gadis yang jahat, bahkan licik. Hanya untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan gadis itu sampai rela menyakiti orang sebaik Alena.

"Dari kecil, apapun yang kamu mau selalu Ibu turuti. Apalagi ketika Ibu mengetahui penyakit kamu, sejak saat itu ini selalu ingin membuat anak Ibu bahagia, kamu selalu sakit apabila hal yang kamu inginkan tak dapat dikabulkan. Dan Ibu akan merasa bersalah ketika tidak bisa mengabulkan keinginan kamu."

"Tapi saat ini, Ibu rasa kamu bener-bener keterlaluan. Disaat Hyunjin sudah mengorbankan semuanya untuk kamu, kamu dengan seenaknya ingin membatalkan semua ini."

"Oh jangan lupakan, kemarin malam Ibu sempat meminta Alena untuk menggantikan kamu bertunangan dengan Hyunjin," Ryujin melotot mendengar kata yang keluar dari mulut Ibunya.

"Tapi dia menolak, dengan alasan bahwa dia tidak ingin menjadi orang ketiga diantara hubungan kalian. Padahal jika dipikir kamu lah penghalang diantara hubungan mereka."

"A-aku nyesel bu hiks, aku emang egois, aku jahat! hiks....." Ryujin mengacak-ngacak rambutnya, melepas paksa jarum infus yang menempel ditangannya. Dia mengamuk.

"AKU MAU MATI AJA! AKU EMANG GAK BERGUNA HIDUP JUGA!"

Sinta memaksa memeluk anaknya mencoba menenangkan, namun Ryujin terus memberontak, mengambil pisau yang ada dinakas, "RYUJIN! SADAR NAK, JANGAN KAYA GINI."

"RYUJIN!" suara Hyunjin menghentikan Ryujin yang hampir mengiris tangannya dengan pisau pemotong buah.

Dia menghampiri Ryujin dan melempar jauh pisau yang tadi digenggam oleh gadis itu.

"LEPAS KAK! AKU MAU MATI!" Ryujin teriak ketika Hyunjin memeluk erat tubuhnya.

"Kamu kenapa sih Ryu? Kamu sadar dong, jangan kaya gini," ucap Hyunjin, dia dibuat kaget dengan teriakan Ryujin ketika baru sampai didepan ruang rawat gadis itu.

Dia sangat khawatir dengan keadaan gadis yang saat ini di dekapnya. Dielusnya pelan rambut Ryujin hingga membuat gadis itu sedikit tenang.

Sinta pamit keluar untuk memberi mereka privasi. Dan berharap semoga Hyunjin bisa menenangkan Ryujin yang sedang kalut.

Ryujin tidak menjawab pertanyaan Hyunjin melainkan hanya menangis dalam diam. Hingga membuat Hyunjin semakin khawatir, sebenarnya apa yang terjadi dengan Ryujin?.

"Kak, aku mau kakak tunangan sama kak Alena."

DEG!

Hyunjin seketika mematung ditempat, begitu pula dengan orang yang berdiri didepan pintu, tubuhnya jatuh terduduk dibangku yang ada disampingnya. Benar-benar melemas.

MALADE [HHJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang