Bagian 11

3.9K 442 5
                                    

Melody menatap pesan yang dikirimnya, namun hanya dibaca oleh Gilang. Tak menyangka, laki-laki itu akan semarah ini. Diletakkannya kembali ponsel diatas meja, lalu menyimpan buku keuangan. Melody memutuskan membantu masak, daripada dia disini, galau memikirkan Gilang.

Tok! Tok!

"Masuk!"

Pintu terbuka, namun bukan Yuni atau Rano yang muncul. Melainkan sosok laki-laki yang dirindukan Melody. Gilang!

"Abang?" gumam Melody tak yakin. Matanya memperhatikan Gilang yang mengenakan kaos putih dan celana jins berwarna dongker. Dipunggungnya terdapat ransel yang Melody perkirakan berisi laptop.

Gilang berjalan mendekatinya. "Abang kok udah pul—" Ucapan Melody terhenti saat laki-laki itu memeluknya. Melody terdiam. Masih kaget dengan pelukan yang tak terduga ini.

"Saya kangen," bisik Gilang. Melody mengerjapkan matanya. "Kamu nggak kangen saya?"

Melody tersenyum dan tanpa ragu balas memeluk Gilang. "Kangen. Tapi abang cuekin pesan saya."

Gilang tergelak mendengar rajukan Melody. "Anggap aja itu hukuman."

Melody mencibir. "Kok cepet pulang, Bang? Bukannya 3 hari?"

"Nggak kok. Seminarnya ternyata Cuma 2 hari. Hari terakhir jalan-jalan doang. Tapi saya malas. Soalnya udah kangen sama perempuan yang saya peluk ini," kata Gilang menggoda, membuat Melody semakin menyurukkan wajahnya ke dada laki-laki itu. Malu!

"Bang." Melody mendongak, menatap Gilang tak enak. "Saya minta maaf ya? Saya—"

"Ssstt! Udah nggak apa-apa. Saya paham kok. Saya aja yang kekanakan."

Melody menggeleng. "Abang nggak kekanakan. Abang pantas marah kok." Gilang mengurai pelukan itu, menatap Melody lekat. Menyadari ada yang ingin perempuan itu jelaskan. "Jujur, sebenarnya saya nggak nyaman ketemu temen-temen SMA dulu. Ada masalah yang... yang bikin saya...." Melody menggigit bibirnya gusar.

"Udah, kalo nggak mau ngomong sekarang nggak apa-apa. Saya ngerti kok, setiap orang punya rahasia tersendiri. Saya nggak bakal maksa kamu cerita. Toh hubungan kita juga masih baru. Pelan-pelan aja ya? Nanti kalau kamu udah setiap cerita, segera kasih tau saya. Saya bakal tunggu kok." Gilang tersenyum menenangkan.

Mata Melody berkaca-kaca. Terharu dengan pengertian yang laki-laki itu berikan padanya. Tanpa aba-aba, dia peluk kembali Gilang. Kali ini lebih erat, membuat Gilang tergelak. "Makasih, Bang."

"Sama-sama, Sayang."

Melody terkejut. Ditatapnya Gilang yang sedang tersenyum hangat padanya, membuat Melody menggigit bibir salah tingkah lalu kembali memeluk Gilang erat.

***

"Bang, bangun. Makan siang dulu yuk." Melody menepuk-nepuk lengan Gilang. Mata Gilang perlahan terbuka. Keningnya berkerut lalu menguletkan badannya dan kembali memejamkan mata. "Ih! Kok tidur lagi sih bang?" Melody kembali menepuk lengan Gilang, kali ini lebih keras membuat laki-laki itu akhirnya bangun.

"Kok gitu sih banguninnya?" protes Gilang dengan suara serak.

"Tadi udah dibangunin lembut-lembut, nggak mempan," sahut Melody santai. "Abang cuci muka gih. Tuh, toilet di ujung sana."

Gilang bangun. Terseok-seok, dia keluar dari ruangan Melody, sementara perempuan itu meletakkan menu makan siang berdua, lalu memindahkan ransel Gilang ke single sofa. Setelah berpelukan tadi, Gilang sebenarnya ingin mengajak Melody jalan keluar. Tapi karena kesibukan Melody, akhirnya Gilang memutuskan menunggu Melody didalam ruangannya sementara perempuan itu memasak bersama pegawainya dibawah.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang