Bagian 19

3.8K 468 15
                                    


Melody melambaikan tangannya begitu melihat Gilang memasuki kantin. "Hai, lama ya?" sapa Gilang.

"Nggak kok. Minum dulu." Diserahkannya botol mineral pada Gilang.

Usai minum dan meletakkan botol itu, mata Gilang tertuju pada box makan siangnya. Dia berdecak puas melihat menu didalamnya.

"Suka?"

"Pastilah! Buatan calon isteri," kata Gilang mengedipkan matanya. Melody mendengus geli. Keduanya lalu mulai makan, sambil sesekali masih digoda oleh teman-teman Gilang yang makan siang di kantin.

"Oh iya, Arvin gimana? Udah pulang dia?" tanya Gilang. Dia tahu, remaja itu sedang study tour keluar kota.

Melody mengangguk. "Tadi malem sampe. Hari ini dia libur. Capek katanya." Gilang manggut-manggut. "Oh iya, Bang. Arvin udah tahu tentang kita."

"Itu bagus. Lalu? Dia setuju kan?"

"Hm, dia belum ngasih jawaban pasti sih. Cuma besok dia mau minta abang datang, makan malem bareng."

Gilang menggelengkan kepalanya. Bibirnya menyeringai geli. "Ibu sama anak sama aja. Mau bilang 'iya' aja ribet!"

Melody mencibir. "Iyalah! Anakku!"

"Anak kita," ulang Gilang tersenyum kecil. Melody mendengus namun tidak menjawab. "Arvin anaknya gimana sih?"

"Arvin itu... anaknya berpikir lebih dewasa dari anak seusianya. Dia juga pengertian, sabar terus apa lagi ya? Oh iya, dia nggak sungkan buat bantuin pekerjaan rumah. Dia juga pinter masak! Tapi disatu sisi, aku ngerasa dia terlalu tertutup. Jarang banget, atau mungkin nggak pernah pergi nongkrong bareng temen-temennya. Tiap weekend di rumah. Mungkin karena... dia beda dari anak-anak pada umumnya."

Melody merasa bersalah setiap mengingat Arvin. Kondisinya berbeda dari anak-anak seusianya, membuat Arvin sedikit dingin dan menutup diri. Melody yakin, alasan Arvin selalu weekend di rumah karena memang tidak memiliki teman untuk pergi nongkrong. Bahkan hingga kini, Arvin tak pernah membawa teman ke rumah.

Gilang mengulurkan tangannya, meraih tangan Melody dan menggenggamnya. "Atau mungkin karena dia ingin menghabiskan waktu dengan kamu? Dia memanfaatkan waktunya untuk bareng kamu Mel. Bayangin dia nanti kuliah, waktu kebersamaan kalian makin dikit. Lalu ketika dia mulai kerja, dia makin sibuk. Lagipula, dia sudah ketemu teman-temannya seharian di sekolah. Jadi, nggak ada salahnya kan quality time bareng kamu pas weekend?"

"Tapi—"

"Kalau Arvin denger kamu ngomong gini, dia pasti sedih. Percaya sama abang."

Melody menatap Gilang, lalu tersenyum. "Makasih."

"Sama-sama, Sayang. Makan lagi gih."

***

Melody menatap hidangan diatas meja yang sudah ditatanya. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam dan sebentar lagi Gilang akan tiba. Sambil menunggu, diputuskannya duduk di ruang TV. Sesaat, dia melirik pintu kamar Arvin yang tertutup. Sejak tadi, putranya belum juga keluar dari kamar.

Tiin! Tiin!

Sontak Melody berdiri. Dia berjalan cepat membuka pintu. Didapatinya Gilang turun dari mobil sambil tersenyum padanya.

"Hai," sapanya hangat. Melody tersenyum lalu mengajak masuk.

Melody menyuruh Gilang duduk sementara dia memanggil Arvin. Gilang memperhatikan ruang TV yang banyak tergantung foto-foto Melody dan Arvin. Juga deretan piala yang diyakini Gilang milik Arvin.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang