Bagian 15

3.6K 443 7
                                    

Melody kembali ke rutinitasnya setelah pulang dari liburan. Dia mendata berapa banyak orang yang memesan katering harian dan untuk hajatan. Melody bersyukur, pemasukan Melvin Catering semakin bertambah dan orang-orang banyak yang mempercayakan pemesanan ini padanya.

Melody melirik jam. Sudah pukul 12 siang. Sebentar lagi Gilang mampir. Laki-laki itu tiba-tiba ingin makan siang di tempatnya. Melody senang-senang saja, setidaknya uang bensinnya hemat kali ini. Hehe.

"Mbak, ada yang nyariin." Yuni memberi tahunya.

"Iya, Yun."

Melody membereskan berkas diatas meja lalu segera turun. Agak aneh laki-laki itu datang lebih cepat. Alih-alih bertemu Gilang, Melody menemukan Daniel duduk sambil membaca koran. Melody berdecak. Mau apa lagi dia?

"Selamat siang pak." Melody tetap menyapa dengan formal meskipun laki-laki itu pernah memintanya untuk bersikap santai. Melody tak akan melakukan itu. Jika dia lakukan, Daniel semakin besar kepala. Menganggap hubungan mereka selangkah lebih maju dari sebatas klien.

"Hai. Kayaknya aku udah bilang jangan panggil pak." Daniel tersenyum.

"Ada apa?"

"Lunch?"

"Maaf, saya sibuk. Lagipula ini jam sekolah, bagaimana bisa anda keluar seenaknya?"

Daniel tergelak. "Wah, kamu sadar juga. Anggap aja aku punya jalan khusus? So, gimana?"

"Saya udah bilang saya sibuk. Permisi."

Daniel dengan cepat menarik Melody, sebelum perempuan itu masuk ke dalam. "Lepasin!" Melody memberontak, namun Daniel semakin erat mencengkramnya. Melody memperhatikan keadaan sekitar, sepi karena sebagian pegawainya sudah pergi mengantar makan siang di masing-masing tujuan. Yuni yang biasa berjaga diruang tamu, tak nampak batang hidungnya.

"Lepas atau saya teriak!" ancam Melody namun tak digubris Daniel.

"Teriak aja. Memangnya pacar kamu bakal datang gitu?" Melody tercengang. "Kaget gimana aku tahu? Aku liat kamu jalan sama cowok di CFD. Lumayan mesra."

Melody menarik tangannya. "Lepasin! Anda tahu saya punya pacar, nggak seharusnya anda maksa saya!"

"Bersenang-senang sebentar apa salahnya? Lagian lo nggak usah sok cantik! Cuma kenalan doang tapi lo tolak! Tampang-tampang lo ini banyak di club! Sok polos tapi ternyata udah berpengalaman!" wajah Daniel berubah dingin, membuat Melody semakin takut.

"BU RODI—HMM!!"

"Diem!" bentak Daniel. Melody memberontak. Digigitnya tangan Daniel kuat-kuat. "AKH!"

Melody segera lari masuk. "BU RODIAH!"

"LO!"

BUGH!

Melody menghentikan langkahnya. Dia membelalak kaget melihat Gilang sudah menghajar Daniel. "Abang! Jangan!" Gilang menepis Melody, mendorongnya menjauh dengan kuat. "Abang! Tolong jangan!"

Bu Rodiah dan beberapa pegawai lainnya yang sedang berkumpul didapur, segera berlari kedepan begitu mendengar keributan. Mereka terkejut melihat Melody mati-matian menahan Gilang yang ingin menghajar seorang pria. Bergegas mereka membantu melerai.

"Abang! Udah, jangan!" Melody memohon. Dipeluknya tubuh Gilang, memaksa bergeser menjauh. "Abang jangan gegabah bang. Udah! Melody nggak apa-apa!"

Gilang tak menyahut. Namun ekspresinya benar-benar terlihat marah. Daniel berdiri, disekanya hidungnya yang berdarah sambil menatap Gilang remeh. "Kenapa datang? Dikit lagi gue berhasil dapetin cewek lo!"

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang