Bagian 4

5.1K 528 7
                                    

Melody sedang mengiris-ngiris tempe saat Yuni, salah satu pegawainya mengatakan dia kedatangan tamu. Melody segera melepas apron, mencuci tangan lalu menemui sang tamu setelah menyerahkan pekerjaannya pada bu Rodiah.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"

Dua orang perempuan dan satu laki-laki segera berdiri dari duduknya. Salah satu perempuan, mengenakan hijab berkata, "Selamat pagi, Mbak. Saya Mirna, kami dari SD 051, begini, kami ingin pesan katering disini untuk acara syukuran di sekolah. Bisa?"

Melody tersenyum ramah. "Oh, saya Melody, Mbak. Tentu bisa. Mari, silakan ikut saya." Melody mengajak tamunya menuju ruangannya yang terletak dilantai 2. Setelah mempersilakan duduk, Melody menghubungi Tati, menyuruhnya membawa minum.

Melody mengambil note dan pena, kemudian duduk disingle sofa. "Jadi, sekolahnya mau adain acara syukuran, Mbak?"

"Iya, Mbak. Kepala sekolah kami akan berulang tahun, jadi beliau meminta kami menyediakan katering. Soalnya kalau diadain dirumah, takutnya sebagian anak-anak nggak mau datang. Jadi, disekolah saja syukurannya."

Melody mengangguk paham. Baik sekali kepala sekolahnya. Pikir Melody.

"Kalau boleh tahu, menunya apa aja ya Mbak?" tanya Daniel. Melody sempat melirik nametag diseragam dinasnya.

"Oh sebentar, Pak." Melody berdiri, mengambil lampiran menu yang tersedia. Kegiatan mereka terhenti sejenak saat Tati mengantar minuman. "Biasanya menu yang dipesan itu rendang atau ayam bakar, Pak. Dicampur dengan acar dan sambal ulekan. Tapi bisa request kok."

"Kalau Mbak Melody, biasanya suka menu apa?" tanya Daniel lagi, kali ini dia tersenyum.

"Eh?" Melody mengangkat alisnya.

"Diem, ih!" bisik Mirna sementara salah satu temannya menyikut Daniel. "Maaf ya, Mbak," kata Mirna tak enak. Melody tersenyum tipis. Ini bukan kali pertamanya Melody digoda seperti tadi, tapi tetap saja dia tidak nyaman. "Hm begini saja Mbak, kami minta menu yang umum saja. Seperti yang mbak bilang tadi. Trus minumnya diganti air mineral botol saja, jangan yang gelas. Bagaimana, Mbak?"

"Oh bisa, Mbak. Jadi menu yang umum saja ya?" Melody mulai mencatat. Berapa banyak pesanan, alamat, nomor yang dapat dihubungi dan tanggal harus diantarnya pesanan. Setelah semuanya selesai, Melody menyebutkan nominal uang muka.

"Ini kwitansinya. Disimpan ya, Mbak," kata Melody ramah.

"Terimakasih, Mbak. Kalau begitu kami permisi dulu," kata Mirna. Melody menyalami tamunya satu persatu. Namun saat bersalaman dengan Daniel, Melody sedikit menepis tangan laki-laki itu. Laki-laki itu tampak sengaja berlama-lama menyalami tangan Melody, membuatnya tak nyaman.

Mendapati penolakan itu, Daniel terkekeh pelan. "Kami permisi ya, Mbak," kata Daniel, masih sambil melempar senyum. Melody hanya mengangguk. Begitu mereka pergi, Melody menghela napas gusar.

"Genit banget sih!"

***

"Aduh, Mbak. Males ah! Suruh Adit aja anterin," kata Gilang sambil memejamkan matanya. Dia benar-benar mengantuk karena tadi malam begadang. Untung saja hari ini jadwal prakteknya jam 3. Jadi dia bisa leha-leha sebentar.

"Tolong lah Lang. si Adit lagi di luar kota. Ada proyek katanya. Mas mu nggak mungkin Mbak suruh anter. Ayolah, sekali ini aja kok."

"Pake gojek ajalah!"

"Duuh Mbak masih takut pake jasa itu. Tolonglah, Lang."

Gilang berdecak. Mendengar nada memelas Windi membuatnya jadi tak tega, tapi disisi lain dia benar-benar ngantuk!

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang