Bagian 22

4.3K 508 30
                                    

"Dok, ada yang ingin bertemu," kata Tiara menghentikan Gilang membereskan barang-barangnya.

Gilang melirik jam. Sudah lewat waktu kunjungan berobat. "Kamu nggak bilang sudah lewat jam konsultasi?"

"Hm dia nggak mau konsul, Dok. Katanya dia mau ketemu dokter, soalnya dia teman dokter," jelas Tiara membuat Gilang mengernyit. Selama Gilang bekerja di rumah sakit ini, teman-temannya tidak pernah datang kesini. Kalau ingin bertemu, mereka selalu membuat janji temu diluar jam kerja.

"Ya udah, suruh masuk."

Tiara mengangguk dan segera keluar. Gilang meletakkan tasnya kembali, mengeluarkan ponsel dan memainkannya sembari menunggu.

Bunyi pintu terbuka mengalihkan fokus Gilang. Laki-laki itu langsung melempar tatapan tajam mengetahui siapa 'teman' yang dimaksud Tiara. Tamu yang disebut teman itu, Restu, menatap Gilang sesaat lalu duduk tanpa dipersilahkan, seolah mereka telah dekat sebelumnya.

Gilang mendengus. Sejak kapan dia berteman dengan Restu? Lingkup pergaulan mereka tak pernah bersinggungan sama sekali.

"Jadi, ada keperluan apa ketemu gue, 'Teman'?" sindir Gilang namun diabaikan oleh Restu.

Restu memperhatikan Gilang, lalu beralih ke menatap tiap sudut ruang yang menampilkan kesan nyaman dan hangat. Mata Restu juga menangkap nama lengkap Gilang beserta gelar profesinya dipapan nama. Restu tak menyangka, Gilang akan memilih profesi dokter anak, mengingat profil Gilang saat SMA adalah sosok slengekan namun ada sisi pemalu jika bertemu Melody.

Ya, Restu tahu itu. Perasaan Gilang tergambar jelas tiap berpapasan dengan Melody. Bahkan bukan sekali dua kali, Restu memergoki Gilang memperhatikan Melody meski dari jarak jauh. Restu sengaja tidak ambil pusing karena Gilang tidak melakukan hal diluar batas. Selain itu Melody juga memilih dirinya.

Namun, kini situasi sudah berbeda. Melody bersama Gilang, laki-laki yang sudah cinta mati pada perempuan itu sejak SMA. Kali ini Restu tidak bisa diam begitu saja.

"Sejak kapan lo sama Melody?"

Gilang mengangkat alisnya. "Untuk kategori hubungan yang hanya sebatas teman satu sekolah, gue rasa pertanyaan lo nggak sopan. Terlalu ingin tahu privasi orang. Hanya karena Melody dulu mantan lo, bukan berarti lo bisa seenaknya menanyakan itu."

"Kenapa harus Melody?" tanya Restu lagi, mengabaikan sindiran Gilang.

"Kenapa harus Melody? Simpel, gue cinta dia."

"Cinta?" Restu mendengus. "Lo yakin itu cinta? Bukan karena lo penasaran tentang Melody? Karena setelah bertahun-tahun berlalu, akhirnya lo berkesempatan bersama Melody."

Gilang mengerjapkan mata. Terkejut Restu mengetahui perasaannya, namun dengan cepat Gilang mengubah air mukanya. "Terserah pendapat lo gimana. Perasaan gue, cukuplah Melody dan gue aja yang tahu. Kami yang menjalani hubungan ini. Bukan lo."

Restu diam. Kata 'kami' yang Gilang gunakan sedikit menyentil dirinya.

"Gue harap lo kesini bukan untuk menagih cinta masa lalu lo. Lo dan Melody udah selesai. Sekarang Melody sama gue. Gue rasa lo cukup dewasa untuk nggak mengganggu kami kan? Denger-denger juga lo udah nikah."

Gilang berdiri, menyandang tasnya dan beranjak keluar dari ruangan tanpa mengatakan apapun lagi. Nanti akan diperintahnya Tiara untuk mengusir Restu keluar dari ruangan. Saat ini dia benar-benar tidak ingin berhadapan dengan Restu.

"Lo tahu rahasia Melody?"

Langkah Gilang terhenti. Dia berbalik dan mendapati Restu menatapnya dengan senyum miring. "Lo tetep yakin dengan Melody setelah tahu rahasia dia?"

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang