Bagian 9

4.1K 466 13
                                    



Gilang Maulana

Sesekali kamu yg antar kenapa sih Mel?

Melody terkikik lalu segera membalas pesan itu.

Melody Maharani

Kalo saya ikut ngantar, kasian Rano jd gak ada kerjaan

Gilang Maulana

Maksudnya, makan siang saya aja yg kamu antar. Yg lain biar rano.

Melody Maharani

Gak deh bang. Ntar yg jaga kantor siapa?

Gilang Maulana

Y udh.

Melody tak dapat lagi menahan tawanya. Kepalanya menggeleng pelan, menyadari Gilang merajuk padanya. Melody menyimpan ponselnya, memutuskan tidak membalas pesan itu. Biar saja, biar semakin uring-uringan laki-laki itu.

Melody tak percaya, kedekatan mereka sudah hampir sebulan. Melody benar-benar nyaman bersama Gilang. Cara laki-laki itu memperlakukannya tak seperti kebanyakan laki-laki diluar sana saat mendekatinya. Gilang sopan, baik dan lucu. Terkadang suka sekali melempar jokes garing, tapi tetap membuatnya tertawa. Terkadang, Gilang juga manja dan mudah merajuk. Namun disaat tertentu, dia bisa menjadi dewasa dan bijak.

Dentingan lift membuat Melody tersadar. Bersama pengunjung lainnya, Melody segera keluar dari lift. Matanya memperhatikan papan yang bertuliskan Pusat Tumbuh Kembang Anak. Melody mendekat, menuju meja informasi.

"Permisi, Mbak. Dokter Gilang ada?"

Perawat itu tersenyum. "Ada, Mbak. Mau konsultasi ya? Silakan daftar dulu di—"

"Oh nggak, Mbak." Melody menyela sambil tersenyum. "Saya Cuma ada keperluan dengan beliau."

"Tunggu sebentar ya, Mbak. Dokter Gilang masih ada pasien. Sebentar lagi jadwal nya selesai kok."

Melody mengangguk paham, lalu mengucapkan terimakasih. Dia memilih duduk dikursi yang tersedia, lalu meletakkan kotak makan siang dikursi sebelahnya. Melody tersenyum, membayangkan ekspresi terkejut Gilang saat bertemu dengannya.

Sekitar 20 menit menunggu, pasien dari ruangan Gilang keluar. Tak lama, Gilang muncul. Wajahnya tampak terkejut, segera dia mendekati Melody.

"Katanya sibuk," kata Gilang, nada bicaranya terdengar merajuk.

Melody tergelak. "Nggak jadi. Soalnya ada yang merajuk."

"Nggak!"

"Tapi kok balas pesan saya singkat gitu?"

Gilang memalingkan wajah, namun hanya sesaat karena selanjutnya dia tersenyum. "Makan di kantin aja. Yuk." Gilang menarik tangan Melody, menggenggamnya erat.

Melody terkejut, lalu menatap Gilang. Sebenarnya ini bukan kalinya tangannya digenggam Gilang. Tapi tetap saja membuatnya gugup. Apalagi saat ini mereka di rumah sakit, tempat dimana banyak yang mengenal Gilang. Melody hendak melepaskan genggaman itu, namun Gilang menolak.

"Jangan dilepas."

Melody tersenyum tipis. Memutuskan membiarkan.

"Cie... setelah sekian lama tangan Dokter kosong, sekarang ada yang gandeng."

"Siapa tuh, Dok? Kenalin dong!"

"Dokter udah nggak jomblo ya. Selamat!"

"Duh iri deh, pake diantar makan siang segala."

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang