Bagian 18

4.1K 493 13
                                    


Melody menutup pintu kamarnya. Dia melepas tas sembarangan lalu duduk dibibir ditempat tidur. Air matanya seketika mengalir setelah mati-matian dia tahan. Dadanya terasa sesak kala mengingat Gilang bersama perempuan cantik itu. Perempuan itu juga memiliki pembawaan yang menyenangkan. Secara keseluruhan, Melody menilai perempuan itu nyaris mendekati sempurna. Dan dimata Melody, mereka terlihat serasi. Benar-benar serasi!

Hampir tiga minggu ini, dia sia-sia menanti kehadiran Gilang. Nyatanya laki-laki itu sudah memiliki pengganti dirinya! Hal yang wajar karena mana mungkin laki-laki seperti Gilang tetap mempertahankannya? Hanya pikiran bodohnya saja yang terus berharap dan mempercayai bahwa Gilang kembali padanya.

Melody memeluk bantalnya erat, lalu membenamkan wajahnya disana. Meredam isakannya yang semakin kuat. Dia bersyukur, Arvin tak di rumah karena harus study tour keluar kota. Sehingga tak perlu melihat dirinya seperti ini.

Keesokan paginya, Melody menatap bayangannya dicermin. Dia tersenyum miris. Bayangannya terlihat menyedihkan. Wajahnya yang masih menggunakan Make up, tak sempat dia bersihkan sehingga tampak berantakan. Rambutnya terlihat kusut. Melody bahkan lupa melepas jam tangan dan mandi karena sudah kelelahan menangis.

Melody menghela napas dalam-dalam. Bergegas dia mandi lalu memutuskan untuk bersantai seharian di rumah. Kejadian kemarin memengaruhi moodnya sehingga Melody malas melakukan aktivitas. Beruntung Melody memiliki usaha sendiri, jadi dia tak perlu cemas harus memikirkan izin cuti.

Usai mandi, Melody memutuskan sarapan lalu setelahnya menonton variety show asal Korea Selatan secara marathon yang didapatnya dari Yuni, pegawainya yang memang penggemar berat hal-hal berbau negeri Gingseng itu.

Ulah artis-artis di program itu sukses membuat Melody tergelak. Apalagi saat momen artis bertubuh tinggi itu berkonfrontasi dengan artis berkacamata. Tingkah konyolnya membuat Melody tertawa, lupa pada rasa sesak didadanya.

Tak terasa, jarum panjang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Seharian menonton membuatnya lelah juga. Apalagi pipinya terasa pegal karena banyak tertawa. Melody berdiri, meregangkan otot-ototnya. Dia memutuskan mandi, setelah membereskan cemilan, mematikan laptop dan meletakkan diatas meja.

Baru saja Melody menyalakan hair dryer, terdengar bunyi ketukan pintu. Dia mengernyit. Siapa yang bertamu sore-sore begini?

Melody membuka pintu dan terdiam melihat Gilang berdiri dihadapannya. Dia berdeham. "Ada apa?" tanyanya datar.

"Boleh masuk?"

"Ada urusan apa?"

Gilang menghela napas panjang. Berusaha maklum dengan sikap defensif Melody. "Kita perlu bicara."

Melody menggeleng pelan. "Bicara apa lagi? Bukannya sudah selesai?"

"Belum. Ada banyak harus kita bicarain."

Melody melipat tangan didepan dada dan bersandar di pintu. "Ketika abang nggak ngehubungi aku lagi selama hampir 3 minggu, itu artinya udah selesai. Jadi abang pulang aja." Melody menutup pintu namun Gilang dengan cepat menahannya.

"Mel, please, pembicaraan kita belum selesai! Tolong kasih abang waktu sebentar." Melody menarik napas panjang. "Abang bakal jelasin semuanya, kenapa nggak ngehubungi kamu, dan kelanjutan hubungan kita. Kita belum selesai Mel."

Melody menggigit bibir. Sejujurnya dia juga penasaran alasan menghilangnya Gilang. Lagipula, seandainya hubungan mereka berakhir, Melody ingin berakhir dengan baik. Tidak ada rasa penasaran ataupun yang mengganjal kedepannya.

"Masuk." Keduanya duduk dalam diam. Melody menatap Gilang datar. "So?"

"Abang minta maaf nggak ada ngehubungi kamu. Tolong hilangkan pikiran bahwa abang menjauh dari kamu atau mencampakkan kamu. Abang Cuma butuh waktu untuk—"

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang