Bagian 30

3.8K 504 89
                                    

Melody mengernyit melihat deretan nomor asing dilayar ponsel. Ragu-ragu, dia mengangkat. “Halo?”

“Mel, ini gue Reza. Temen Restu.”

Melody menahan napas. tanpa sadar, nada bicaranya berubah dingin. “Ada apa?”

Diujung telpon, Reza terdiam. Agak kaget dengan nada dingin yang digunakan Melody, namun dia berusaha maklum. “Restu kecelakaan. Cukup parah. Gue harap lo mau dateng, bareng… anak lo.”

Melody mengerjapkan mata. Terkejut. “Gimana lo tau….”

“Restu pengen banget ketemu anak lo. Gue mohon, sekali ini aja izinkan Restu buat ketemu. Setelah itu, gue nggak akan maksa lagi. gue Cuma nggak tega, ngeliat Restu kayak gini.”

Melody tak menjawab namun Reza asumsikan sebagai persetujuan. “Nanti gue share loc.”

Reza segera memutus sambungan tanpa menjawab pertanyaan Melody. Tak lama, ponselnya kembali bergetar. Pesan masuk dari Reza memberi tahu alamat rumah sakit tempat Restu dirawat. Melody mematung. Sebanyak apa Reza tahu tentang masa lalunya dengan Restu?

“Kenapa, Ma?”

Arvin mendekat. Keningnya berkerut melihat wajah pucat Melody. “Mama sakit?” tanyanya cemas.

Melody menggeleng. “Ayo makan.”

Arvin menarik tangan Melody. “Jangan bohong, Ma. Arvin tahu ada sesuatu yang Mama sembunyiin. Mama kenapa?”

Melody menarik napas dalam. Ragu, apakah dia harus mengatakan pada Arvin. Dia tahu betul bagaimana bencinya Arvin pada Restu. Namun mendengar Restu kecelakaan, ada perasaan iba menghinggapi Melody.

“Vin.” Dia menatap Arvin ragu. “Tadi temen sekolah Mama nelpon. Dia bilang… laki-laki itu kecelakaan.”

Arvin tersentak, namun sesaat sorot matanya berubah dingin. “Ooh.”

Melody menatap Arvin was-was tapi Arvin tak lagi berkomentar. Cowok remaja itu malah menuju dapur, mulai menyiapkan makan malam mereka. Melody mengikuti. Dalam keheningan, keduanya mulai menyiapkan bahan-bahan. Sesekali Melody melirik Arvin, namun dia tidak mengatakan apapun. Dibiarkannya Arvin sibuk dengan pikirannya sendiri.

***

Arvin tak tahu apa yang mendorongnya untuk menginjakkan kaki di rumah sakit ini. Mendengar kabar Restu kecelakaan, sedikit membuatnya puas. Menganggap itu adalah karma karena menyianyiakan dirinya dan Melody. Namun disisi lain, ada rasa asing yang menelusup direlung hatinya. 

“Kalo nggak mau, kita pulang aja yuk?” suara lembut Melody menyentak Arvin. Melody menatapnya maklum. “Nggak apa-apa. Ayo pulang.”

Arvin menarik tangan Melody dan menggenggamnya erat. “Kita udah disini.”

Dengan langkah pelan, keduanya menuju kamar inap Restu. Begitu tiba di lantai kamar inap Restu, Arvin menghentikan langkah. Tiba-tiba dia merasa takut. Bagaimana jika disana ada keluarga Restu? Bagaimana jika keluarga Restu menghakimi kedatangan Arvin dan Melody, menyebut mereka mengambil kesempatan disaat seperti ini? Arvin tak sanggup membayangkan cacian yang akan diterima Melody.

Arvin mengutuk dirinya yang tak berpikir sampai sejauh itu. Dia malah bersikap impulsif seperti ini hanya karena ingin bertemu Restu.

“Ma,” panggil Arvin lirih.

“Iya?”

“Pulang aja yuk?”

Arvin tampak kacau dan Melody maklum. “Ayo.”

“Melody?”

Melody dan Arvin serentak menoleh. Tak jauh dari mereka berdiri, Reza berjalan mendekat. Pria itu tersenyum lega Melody benar-benar datang.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang