Bagian 13

3.6K 434 10
                                    


Pukul 9 pagi, acara akad nikah Bara, teman Gilang, dimulai. Melody dan Gilang duduk berdampingan, tak sadar ikut tegang dengan jalannya akad. Gilang menahan napas saat Bara mengucapkan ijab qabul dengan satu tarikan napas.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Dalam doa, tanpa sadar Melody meneteskan air mata. Bukan dia yang menikah, namun rasa haru menyeruak dalam hatinya. Melody jadi membayangkan, bagaimana jika dirinya diposisi Bara dan isterinya?

"Nangis?" bisik Gilang. Doa kini telah usai. Pengantin kini mulai menandatangi berkas.

Melody hanya mengangguk. Dia menunduk, mencari tisu dan mengelap air matanya dengan hati-hati. Tangan Gilang yang bebas menepuk punggung tangan Melody.

"Sabar ya, bentar lagi kita yang kayak gitu." Gilang tersenyum.

Melody tertegun. Dia menatap mata Gilang yang memancarkan kesungguhan disana. Jantung Melody berdebar. Apa jika Gilang tahu yang sebenarnya, dia masih ingin berkata demikian?

Melody tersenyum tipis dan kembali menunduk. Tangannya menggenggam erat tisu. Gilang menyadari, dengan cepat digenggamnya tangan Melody. Melody kembali menoleh, namun Gilang memutuskan menatap pengantin yang kini sedang menyalami masing-masing orangtua dan tetua dikeluarga.

Selesai rangkaian acara akad, resepsi langsung diadakan di hotel. Gilang dan Melody berangkat bersama Haikal dan isterinya. Begitu tiba di hotel, mereka dipersilakan menyantap makan siang.

"Abang cari tempat aja. Biar aku yang ngambil makan."

"Nggak usahlah, bareng aja. Susah kamu ntar."

"Nggak apa-apa kok. Udah, abang cari aja tempat." Melody berbalik pergi. Ikut mengantre makanan. Gilang sendiri mencari tempat duduk. Dilihatnya, Haikal duduk bersama rekan-rekannya sambil melambaikan tangan, menyuruhnya bergabung.

"Thanks."

"Pacar lo mana?" tanya Haikal heran.

"Ngambil makanan."

"Lah elo kok duduk?"

"Dia yang nyuruh."

"Ya tapi lo tetep bantu dong. Kasian kan."

Gilang menggaruk kepalanya. Duh salah lagi. Padahal dia mau bantu Melody, tapi perempuannya itu saja yang menolak. Tak lama, Melody muncul. Dia membawa sepiring makanan untuk Gilang.

"Ini, Bang."

"Punya kamu mana?" tanya Gilang heran.

"Ini mau ngambil lagi."

"Udah. Abang aja." Gilang berdiri, namun Melody menahannya. Kembali menyuruhnya duduk sementara perempuan itu pergi lagi. Gilang menghela napas lalu kembali duduk. Dia senang sih diperhatikan oleh Melody. Tapi tetap saja Gilang kasian melihat Melody mondar-mandir mengantri makanan. Apalagi dengan sepatu hak setinggi itu. Pasti kakinya nyeri.

"Baik bener pacar dokter Gilang," kata dokter Fatih, seorang dokter gigi. "Tapi semoga beneran kayak gitu sampe nikah ya. Soalnya kebanyakan pasangan jadi berubah pas udah nikah." Dia mengerling jahil kearah isterinya, membuat isterinya memberi hadiah cubitan. Fatih mengaduh.

"Melody kayaknya emang baik sih. Soalnya kan dia sering mampir Cuma buat nganter makan siang Gilang. Malah kadang gue kasian liatnya, datang Cuma buat nganter makan doang," sahut Haikal membuat Gilang mencibir kearahnya. Iri saja.

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang