04| Reason? ++

3.5K 105 11
                                    




...


Soona POV*

"Kau akan kesana sendiri?" Tanya Jungkook terlihat khawatir mendengarku akan keluar kota hari ini. Tangan nan hangat itu juga menyapa pipiku seraya mengelusnya pelan.

"Hm.. jangan khawatir, aku hanya akan berkunjung sebentar," ucapku menenangkannya. Tidak ada yang akan terjadi selama aku hanya berkunjung melihat ibuku.

Jungkook memang sedikit berlebihan.

"Kau yakin tak ingin aku temani?" Tanyanya lemah.
Namun sesaat setelahnya Jungkook malah meralat sendiri ucapannya, "apa ini belum saatnya?"

Aku tersenyum tipis. "Kunjungan berikutnya, bagaimana?"
"Anggaplah hari ini aku berbicara dengannya dulu, hem?"

Jungkook akhirnya mengangguk-angguk. "Yakseok?" (Janji?)

Aku mengangguk lemah mengiyakan. Ia pun mencium keningku lembut dan melenggang pergi setelahnya, meninggalkan aku sendiri dalam penthouse miliknya dengan perasaan kurang nyaman.

Apakah eomma akan menyukai Jungkook?

Bagaimana ekspresinya jika ia tahu aku memiliki seorang kekasih?
Parahnya aku sampai tinggal berdua dengannya...

Apa ia akan murka?
Semurka ia mengetahui aku memiliki perasaan dengan lelaki itu...

Atau bahkan melebihi ekspektasiku?

/flashback/

Saat itu...

Eomma terlihat sangat marah dan membentakku yang notabene sebagai anak satu-satunya.

"Hyun Soona! Sudah kubilang jaga jarak dengan Kim Taehyung dan ibunya yang tidak menyukaimu itu. Bagaimana bisa kau sangat keras kepala sekali hah?!"

"Haisss eomma!" Ucapku berteriak lebih marah.

"Apa kau mencintainya?" Tanyanya seakan menuntut

Aku diam, tak bergeming. Menimang jawaban yang terasa sangat susah untuk sekedar dilontarkan.

Aku memang tidak pernah bercerita masalah pribadi pada beliau. Sebab, aku tahu masalah ini cukup sensitif untuk dibahas.

"Jika tidak, jangan terlalu dekat dengannya mulai sekarang."

Saat itu yang terdengar ditelingaku, eomma seolah-olah sedang melarang aku berteman dengan Kim Taehyung, sahabatku sejak kecil.

Dengan dingin aku malah balik bertanya. "Wae?!"
"Waeyo? Ada apa sebenarnya?" Dan makin menuntut.

Aku tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti saat itu. Aku hanya merasa menjadi seorang remaja yang sedang dalam masanya, merasa membara, mencari jati diri.

Dan melarang sesuatu hal tanpa alasan adalah hal yang membuatku merasa marah, meledak dan tersiksa.
Jelas, karena itu yang kurasakan saat itu, dihadapan ibuku sendiri.

"Apa ada hubungannya dengan lelaki itu!" Ucapku geram menanyakan teka-teki masa lalu kelam eomma.
"Lelaki yang tega meninggalkan dan membuat eomma menjadi ibu tunggal, begitu?!"

Ya, sejak lahir aku hanya mempunyai seorang ibu.

"Apa hah? Apa! Apa yang sebenarnya?! Mengapa eomma sangat menutupi semuanya dariku? Aku juga perlu tahu ayahku! Aku juga ingin tahu, walau sedikit tentang lelaki brengsek itu., hikss" ucapku yang merasa tiba-tiba topik itu membuat dadaku sesak dan berakhir menangis.

Dadaku merasa hampa butuh oksigen, terlebih sebuah kasih sayang yang hampir tidak pernah aku dapatkan dari seorang appa.

Eomma memang menjaga, menyayangi, dan mencintaiku lebih dari apapun, bahkan ia bekerja keras menghidupiku menggantikan peran yang seharusnya seorang ayah lakukan.

Dimple [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang