19| Fault.

572 61 18
                                    






"Soona-ya,"
"Soona-ya,"
"Soona-ya.... bangunlah!"

"Eo-mma," aku mencoba bersuara walau kesadaranku diambang batas, suara ibuku tidak lagi terdengar jelas.

Ia mencoba beberapa kali berbicara dengan susah payah, sayangnya aku hanya bisa menangis saat itu juga dengan tubuh melemas dipelukannya.

Pelukannya berangsur renggang, tetapi ia masih sempat-sempatnya berbisik ditelingaku.

"Kau harus hidup, hiduplah dengan baik. Jangan menyerah. Ja-jangan biarkan darah eomma menjadi sia-sia..."

Seharusnya saat itu aku menjawab dengan lantang, tidak mendengarkan rasa kantukku yang membius.

Harusnya aku bilang, 'jangan tinggalkan aku!'

Harusnya aku bilang juga, 'hidup ini tidak adil jika eomma pergi begitu saja, aku hanya anak manja yang bisa mengeluh. Bahkan berbakti saja belum kulakukan...'

Juga, 'aku tak bisa hidup tanpamu, bu!'

Harusnya, harusnya, harusnya! Tetapi tidak kukatakan. Aku sungguh menyesali detik-detik terakhir itu. Namun seakan ibuku tahu apa yang ku pikirkan, seraya menangis dalam diamku seraya terus terpejam lemah. Ia berkata, mungkin batinnya masih bisa merasakan apa yang akan anaknya rasakan.

"Kau bisa hidup tanpa i-ibu,"
"Hhh, te-tapi kau tidak akan bisa sanggup hidup tanpa anakmu... pertahankan dia,"

Seakan tahu apa yang akan membuatku selalu menyerah akan keadaan.

"Hyun Soo-na, putriku.u..u yang cantik... "
"Kau harus ingat ini, ibu tidak pernah berpikir menyesal melahirkanmu. Ja-jadi hiduplah dengan baik."

"Ibu mencintaimu..."

Saat itu aku melihatnya tertidur. Sama seperti aku yang otomatis memejamkan mata karena kantuk yang semakin menjadi-jadi...




***


Yang aku tahu setelahnya... aku telah kehilangan semuanya. Bahkan seseorang yang menjadi poros kehidupanku...

Tanpa tahu apa-apa, aku terbangun dari tidur seperti orang linglung.

Aku tahu cerita ini,
Seorang putri yang disihir lalu tertidur, dimana ia kehilangan orang tua dan semuanya disaat bersamaan tanpa tahu apapun yang terjadi. Tapi yang aku tahu juga cerita itu berakhir dengan ending bahagia dimana ia bangun karena ciuman cinta sejati sang pangeran.

Tanpa merasa pedih putri itu bangun dan mendapat kebahagiannya.

Berbeda denganku, kukira Taehyung akan menghampiriku seperti pangeran dalam cerita itu. Tapi halusinasiku sama sekali tidak terjadi.

Bangun-bangun malah aku langsung ingin meraih pisau saat itu juga. Mengakhiri hidup dari kesengsaran yang pedih.

Kurasa saat itu bukan lagi neraka dunia, tetapi lebih dari itu. Tidak adil, merasa aku seakan lebih baik hidup di alam lain saja.

'Kau bisa hidup tanpa ibu, tetapi kau tidak akan bisa hidup tanpa anakmu...'

Kata terakhir eomma...

Aku tidak tahu harus bagaimana lagi... menyelamatkan anakku memang sesuatu yang harus kuutamakan, seperti Nyonya Hyun bilang. Dimana ia susah payah menyelamatkan aku dan anakku.

Dimple [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang