13| Reason Y

776 70 22
                                    













Hik

Hiks

.
.

Hik

Aku menunduk sesegukan. Mataku sudah terlanjur basah oleh air mata. Dadaku naik turun. Tanpa suara tangisanku terdengar semakin menyedihkan.

Sudah terlalu malam untuk disaksikan banyak mata manusia yang mungkin sudah istirahat, membuatku sedikit tenang.

Malah sialnya bertambah lancar airmata ini karena merasa leluasa tanpa khawatir peminat yang akan tertarik menyaksikan.

Belum lagi rasa dingin malam menyapa, lupa membawa jaket ataupun cardigan tipis untuk menutupi lengan polos yang tidak tertutupi.

Benar-benar sekarang aku seperti anak kecil tersasar, kehilangan ibunya. Memang benar seperti itu.

Keadaanku kacau sekali. Bertengkar besar dengan Jeon Jungkook, hingga keluar tanpa berpikir lebih lanjut.

Beginilah jika kau hanya menumpang hidup dirumah kekasihmu, terlalu bergantung padanya. Hingga kunci butik-pun kulupakan. Akibatnya sekarang aku hanya bisa duduk dihadapan bangunan dengan pintu kaca itu.

Ah, aku juga ingat toko ini miliknya.

Hyun Soona tidak berhak akan bangunan mewah gangnam ini. Benar-benar, kusadari aku memang tidak punya apa-apa. Anak yatim asli.

Mengingatnya aku kembali menangis...

Hiksss eomma, akibat kesalahanku Jeon Jungkook marah besar. Tetapi, anakmu ini masih keras kepala dan pergi begitu saja tanpa melakukan apapun. Meminta maaf ataupun berlutut ampun dihadapannya.

Aku sungguh benci keras kepala yang coba aku perbaiki beberapa tahun, namun hasilnya tetap saja nihil.






****








"Noona," panggil lirih seseorang. Pelan namun bisa membuatku mendonggak cepat.

Mataku yang basah ini tak luput dari kejutan kecil. Membulat setengah mendapat seorang anak kecil yang familiar mendapatiku duduk tengah menangis.

"Tuan muda Han? A-ani—Kim Han-Sung," aku meralat ucapanku yang setengah sadar.

Sadar Hyun Soona, anak itu bukan Han Sung saja tetapi Kim Han-Sung. Kim Taehyung-ie adeul!

"Noona menangis?" Makhluk kecil itu bertanya sedih.

Akan tetapi yang membuatku terheran, ia dengan sikap bak orang dewasa dengan jantan mendekatiku dan menghapus air mataku dengan kedua tangannya tanpa merasa jijik.

"Hyun Soona—ssi tidak boleh menangis," ia masih menghapusnya dengan lihai, membuatku tertegun. Kurasa tangannya sedikit hangat, ataukah perasaanku saja karena lebih lama berada diluar ruangan?

Tidak lagi menangis aku menatap mata Han Sung yang tampak bengkak juga, mungkinkah dia sehabis menangis juga?

Namun bukannya aku terpuasakan oleh rasa penasaranku. Aku malah heran bahuku yang tadinya polos tertutupi selimut tipis yang entah anak kecil itu dapatkan darimana.

Dimple [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang