Maroon

204 15 0
                                    

Maroon, apa kamu sedingin itu?  Apa kamu sependiam itu?  Apa kamu sepemalu itu? Sungguh, aku tak mampu berucap lagi. Mulutku seakan terbungkam tak mampu berkata sepata kata.

Andai kamu tahu bahwa aku lebih pemalu ketika berada di dekat orang yang membuat jantungku berdetak kencang. Bukan hanya itu, aku juga wanita yang tak memiliki nyali untuk menyapa dirimu lebih dulu baik itu secara online maupun langsung.

Why?????
OMG, sungguh.... Maroon. Mengenalmu membuat aku diluar kemampuan ku. Aku yang dikenal pemalu itu seketika sirna. Hingga mereka yang mengenalku tak percaya aku bisa bertindak dan berperilaku begitu padamu. Melihatmu dari kejauhan saja mampu membuat hatiku berseri sepanjang hari hingga beberapa hari kedepan.
Lebay???  Aneh???  Bagaimana bisa?

Itulah yang tak dapat aku temukan jawabannya.

Maroon.... Kamu tahu tidak  ceritaku sebelum aku melihat kamu di tempat ibadah kemarin bagaimana?

Jawabannya : Kamu tidak akan tahu. Karena aku tak menceritakannya padamu. Dan tak ada perpanjangan mulut ini kekamu untuk menyampaikannya padamu.

Okay... Aku akan tuliskan cerita itu disini Maroon. Mana tahu suatu saat kamu akan tahu ceritanya dari angin yang berhembus hingga ke telinga kamu.

Maroon, aku bercerita ke sahabat aku bagaimana aku ingin bertemu kamu hanya untuk melihat kamu dari jauh. Meskipun, aku tak dapat menyapamu secara langsung. Sebab, aku ragu ketika aku bertemu kamu dan aku menyamperin kamu sembari dibangku gereja selesai ibadah. Aku takkan dapat berbicara padamu. Karena, kamu itu terkadang aku perhatiin suka hilang secepat kilat setelah ibadah. Yang tiba-tiba aku toleh ke kanan. Eh..... Tahu-tahunya batang hidung kamu udah gak ada aja terlihat disekitar tempat itu.

Sedih?? Kecewa?? Marah??  Iya, semua rasa itu ada didalam benakku pertama kali aku harus merasakan rasa itu. Namun, beriringnya waktu aku bisa terbiasa dengan kejadian itu. Dan lama-kelamaan aku mulai tahu bahwa aku tak berhak akan rasa itu semua. Rasa yang tak perlu aku rasakan. Oleh itu, aku berusaha untuk menghempaskan ketiga rasa itu dari diriku, dari hatiku. Justru, aku mampu tersenyum dibalik itu semua. Tersenyum karena aku diberi kesempatan oleh Ia yang mengizinkan aku untuk memandangmu.
Memandang ciptaanNya yang begitu indah, Memandang ciptaanNya yang mampu mengingatkan aku untuk selalu bersyukur.

Maroon, aku lelah. Sebagian cerita saat melihatmu mungkin aku simpan dalam memoriku saja. Yang ingin aku sampaikan. Aku adalah sosok yang selalu mampu tersenyum dan bersyukur ketika mengingat kamu.

Pemuja Dalam Diam (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang