Crazy

55 5 2
                                    

Pukul 14.00 WIB

Sore ini aku menjadi gila dan hampir mati tak berdaya.

Khayalan ku semakin jauh karena film yang aku tonton bersama Nan, Irma dan Margaret.
Sungguh, mereka paling pintar merayu ku agar aku ikut berkumpul dan menonton bersama mereka di kamar Irma. Rasanya malas melangkahkan kaki ini ke lantai harus. Apa lagi harus menaiki tangga satu persatu. Mungkin karena aku sudah menikmati suka duka tinggal di lantai atas.

Aku Benci Cinta

Judul film yang sedang ditonton mereka. Saat aku tiba dikamar Irma aku melihat mereka sudah menonton hingga pertengahan film. Dengan paksa aku bilang ke mereka.

"Iya.. Udah setengah. Ntar lagi selesai dong. Ulangi dong dari awal. Kan aku ketinggalan"

"Idih... Ya udah kamu ulangi tuh Ir. Biar Ana nggak ngambek" Sahut Margaret.

"Aduh.. Aduh... Lengkap sudah orang-orang jomblo yang akan baper lihat adegan romantis" Canda Nan pada kami

"Apaan si Nan. Nggaklah.. Emang ni film romantis kah?  Seromantis fil Raja dan Ratu nggak?
Kalau nggak iya.. Irma nggak akan bertingkah gila"

"Hahahaha... Tenang Nan. Aku juga nggak akan gila kok. Janji nggak akan mengkhayal apa lagi sampai sebut-sebut namanya Stevan"

"Ehmmm.... Macam benar aja"

Huuuts.... Diam ah... Aku mau nonton. Kalian nonton lagi atau nunggu menit yang tadi. Hahahaha... Tawa Ana merasa senang mengganggu kesenangan mereka yang udah nggak sabar melihat adegan romantis lainnya.

Dasar... Para wanita yang cinta akan keromantisan.
Well... Well... I Know... I Know..
Hal itu nggak bisa dipungkiri. Karena salah satu sifat romantis itu emang dimiliki mereka. Sebab, keromantisan yang kami miliki sering menjadi milik orang yang ada sekitar kami dan miliki kami sendiri.

Aku dan mereka sama-sama menyukai segala hal yang romantis. Dan mengkhayal suatu saat ketika kami memiliki seseorang yang begitu berharga. Aku dan mereka akan memperlakukannya dan memberikan hal-hal yang romantis baik dengan perbuatan kecil maupun besar.

Sumpah.... Aku sebagai salah satu penonton sangat menikmati setiap skenario yang ada di dalam film aku benci cinta. Dan ada adegan-adegan yang membuat aku hanyut dalam pikiran dan khayalan. Aku mengkhayal suatu saat akan tiba waktunya Stevan dan aku berada di suasana romantis tersebut. Dimana dua insan saling berpadu dalam satu cinta yang takut akan Tuhan. Dan rasa saling untuk selalu bersama dalam suka maupun duka tanpa mengabaikan para sahabat yang sudah lebih dulu hadir dalam kehidupan Stevan dan Ana.

"Aduh.... Aduh.... Sweet banget si Alvaronya"

"Alvaro itu playboy tahu"

"Eh... Eh... Ntar aku sama Stevan begitu tahu. Diajari main gitar. Dinyanyiin sebuah lagu sama Stevan"

Sembari berkata begitu. Ana senyam senyum sambil melihat ke arah para sahabatnya yang sudah heran melihat Ana.

"Astaga......... Sadar... Sadar woi... Ana Ana. Kamu itu kalau sudah mengkhayal berlebihan"

"Biasa. Obatnya Ana sudah habis kali. Ana.. Sadar.. Sadar... Jangan ada kamu sama Irma. Ntar aku mati nglihat gelak kalian yang sering mengkhayal kagak jelas begitu"

Peduli amat ama apa yang mereka katakan. Aku si paham mereka paham mah sama aku dan Irma. Jiah... Margaret juga senang tuh kalau kegilaan kami keluar. Karena itu akan menjadi hal hiburan buat dia untuk terbahak-bahak karena lucu dan geli melihat tingkah sahabatnya.

"Uuuuuu....... Lihat... Lihat Alvaro tuh. Marah-marah nggak jelas. Padahalan kan dia cinta sama agi.. "

Idih... Santai aja dong. Aduh... Alvaro itu Stevan tahu. Ganteng, manis, gemesin dan buat rasa penasaranku semakin besar untuk masuk kedunia Stevan yang penuh ke misteriusan.

Pemuja Dalam Diam (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang