Biggest Sin

192 14 0
                                    

Kini, disudut kamarku. Posisi terenak dimana aku dapat menuangkan apa isi kepala ku. Apa yang ada dipikiran ku yang tak mampu aku ungkapankan pada siapapun termasuk dia lelaki yang terus menerus membuat aku menggebu dalam rasa yang sama. Dimana rasa itu terkadang seperti permen nano nano.

Susah tuk menjelaskannya. Namun itulah yang saat ini terjadi dalam setahun ini.

Setahun yang lalu dimana aku mengenalnya hanya melalui format kenalan yang ada di grup tersebut. Entah, apa yang menuntunku untuk mencari tahu sosok pria tersebut. Padahalan kan kala itu aku belum mengenalnya dalam sosok yang nyata. Sungguh, aneh tapi nyata.

Pertama kali melihat profilnya serta biodata perkenalannya. Rasa tertarik itu muncul buat pria tersebut. Tapi, aku takut untuk mengenalnya lebih jauh. Dan aku takut memulai komunikasi lebih dulu pada pria itu. Sungguh... Aku tak berani.

Bodoh? Tidak, aku tidak bodoh. Namun, aku tahu bahwa itu tak baik untuk aku apa lagi masih baru masuk grup bersamaan. Udah itu aja.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk tidak melakukan apapun. Yang aku ingat pertama aku mengenalnya. Dia memakai kaos hitam, jeans, kalung salib, dan kepalanya dilingkarin oleh kain selayer motif begitu. Tak cukup aku ingat dengan jelas. Namun, yang aku ingat jelas adalah senyumannya, matanya dan kharismannya yang begitu membuat aku terpikat pada saat itu.

Iya, dia pria ganteng. Tapi, aku tertarik pada pria tersebut pada saat itu bukan karena rupanya yang ganteng. Entah, aku gak tahu tertarik padanya karena apa. Yang aku tahu, aku berharap semoga Tuhan suatu saat mengizinkan aku bertemu dengannya. Tetapi, waktunya aku tak tahu kapan.

Sungguh.... Sungguh.... Aku telah berdosa. Berdosa pada diriku sendiri, berdosa pada diri sosok pria itu. Mungkin ini yang namanya dosa terbesar diluar dosa bawaan dari manusia ciptaan pertama yaitu adam dan hawa.

Tuhan, ampuni dosaku ini. Tuhan, ampuni aku telah melakukan dosa besar dengan "Mencintai diam-diam".
Oleh karena itu, aku melakukan perbuatan yang tak layak Tuhan. Aku stalking sana sini, aku mencari tahu sosok pria tersebut melalui akun media sosialnya. Hingga pada akhirnya aku tak menemukan apa yang aku perlukan dan aku butuhkan.

Parah, perbuatan itu bisa membuat aku marah, marah pada diriku sendiri dan marah karena tak ada hasil yang aku dapat. Keinginan ku mencari tahu segala tentang dia bahkan aku ingin mencari tahu "Apakah sosok lelaki tersebut sudah memiliki kekasih? "

Jahat??? iya, Ana itu jahat. Jahat dan sangat jahat. Dia sampai lupa bahwa dengan iya bertindak begitu iya melukai dirinya sendiri dan mengabaikan dirinya sendiri. Why? Ana melakukan hal itu bisa hingga berjam-jam sampai dia lupa untuk jam istirahat tidur malamnya. Dia pernah stalking tuh laki-laki hingga larut malam.
Buruk tidak? Sangat buruk... Itulah hal yang sangat membuat Ana mampu berbuat apapun hanya untuk mengetahui si pria tersebut.
Ternyata, dengan sendirinya Ana lelah sendiri dan berhenti tidak melakukan cara-cara atau tindakan yang tak berfaedah.

Tindakan yang merugikan diri sendiri, dan tindakan Ana tersebut membuat Ana emosi dan pada akhirnya Ana mau bicara sendiri dan marah-marah nggak jelas dikamarnya. Bukan hanya itu, justru tindakannya itu membuat Ana semakin penasaran dengan sosok pria tersebut. Tapi, pada akhirnya ia sadar bahwa apa yang ia lakukan sia-sia dan tak berbuahkan apa-apa. Tak ada gunanya aku melakukan semua itu kalau pada ujungnya hanya membuat aku marah dan suasana hati ku kacau dan nggak menentu.

Aku menyadari bahwa melakukan hal itu telah membuat aku berdosa. Berdosa tanpa disengaja dan tanpa aku sadari. Itulah, betapa bodohnya cinta. Betapa butanya aku dalam mencintainya. Hingga aku tak dapat menggunakan akal sehatku untuk berpikir. Butanya cinta menghilangkan kesadaran.

Andai kala itu aku terus menerus berada dalam keadaan seperti itu dan terus melakukan hal-hal yang ingin ini ingin itu hanya demi untuk menemukan sesuatu hal yang menyenangkan diriku sendiri. Apa aku nggak begitu jahat? Itulah kejamnya cinta.

Sekejam-kejamnya cinta, sebuta-butanya cinta menghilangkan kesadaran dan akal sehat. Iya tidak akan mampu menghilangkan mata hati dan relung hati yang didalamnya telah di isi dengan kasih yang takkan pernah ditemukan pada manusia.
Tanpa kehadiranNya dan tanpa adanya Dia didalam relung hati paling dalam dan hanya bisa di isi olehNya, mungkin aku takkan sadar bahwa apa yang aku lakukan itu udah salah.

Sungguh, aku mencintaiNya. Dan MencintaiNya membuat aku kembali,dan mampu menguasahin diriku dan hawa nafsuku bersamaNya.

Tuhan, ampuni Dosa terbesarku yang telah mencintai berlebihan dan lupa bahwa kehendakMu akan bekerja pada setiap pilihan hidup ku.

Pemuja Dalam Diam (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang