Happy Sunday

74 4 6
                                    

Jika ada yang berkata pada ku "Kamu munafik". Aku takkan marah pada yang mengeluarkan kata itu.
Sebab, saat ini aku seakan muna dan berada dalam kebohongan.
Aku membohongin diriku sendiri yang sudah jelas tahu bahwa di sebelah sahabatku ada Stevan dan jaraknya tak begitu jauh dari keberadaan ku. Tapi, mengapa aku seakan berperilaku tak melihatnya dan melakukan hal yang bodoh. Bukan kah itu suatu momen yang selalu Ana nantikan?
Dapat melihat Stevan dari dekat dan jarak yang tak begitu jauh untuk ku gapai?

Aku sadar seratus persen ketika Stevan masuk kearah bangku dimana aku dan sahabatku berada. Dari dia masuk hingga duduk dibangku aku tahu gerak gerik dan lekuk tubuh itu milik Stevan. Bukan untuk sekali ini saja aku dapat begitu mengenalnya.

Meskipun di saat ibadah perayaan ekaristi Stevan begitu dekat denganku. Pandanganku tak beralih dari Tuhan. Aku tetap berusaha agar aku tetap menjaga konsentrasi ku untuk mengikuti misa dengan baik hingga selesai.

Ketika misa selesai. Pikiranku bercabang-cabang pun bagaikan flowchart tak mengapa. Karena saat ibadah selesai otakku akan selalu memiliki ide bahkan kegemaran ku yang senang berimajinasi akan selalu aku nikmati sebagai candu kebahagiaanku.

Sepanjang jalan komplek perumahan AU kami berjalan dengan canda tawa yang tak ada habisnya ketika Ana bersama dengan para sahabatnya. Pikiran Ana bertanya-tanya "Mengapa Stevan hari ini duduk di dekat kami?  Apakah karena minggu lalu aku mencari keberadaan Stevan? "

Ehm... Emang si Minggu lalu aku tak melihat sosok Stevan. Tetapi...karena rasa khawatir yang ku miliki. Sekitar tiga jam setelah pulang dari gereja. Aku mengirim pesan pada Stevan. Aku tanyakan padanya "apa dia sudah ibadah atau belum?"

Setelah aku ketik... Aku hapus kembali pesan tersebut. Aku takut mengirimkan pesan tersebut pada Stevan. Takut tak ditanggapin. Mengapa coba aku takut?  Padahal belum dicoba iya. Hahaha...

Konyol.... Aku DM temannya Stevan. Agar aku dapat sebuah informasi tentang keberadaan Stevan. Dan ternyata temannya yang aku kirimin DM tersebut bukan sekedar teman biasa. Tapi, dia adalah sepupunya Stevan yang aku nilai sebagai pria yang dingin dan pendiam juga. Seakan mereka memiliki keunikan dalam hal pria yang dingin penuh pesona.

Jiah... Keluar keerroran Ana ketika mulai bermain teka teki untuk menebak karakter seseorang.
Setidaknya sepupunya balas pesan yang aku kirimin. Meskipun aku melakukannya sudah berpikir berkali-kali. Apakah layak aku melakukan hal seperti itu. Sudahlah... Saat seperti ini seakan tingkat kewarasanku tak terkendali.

Butuh waktu yang lama juga aku mendapat balasan DM yang aku kirim itu. Dan kagi lagi... Aku melawan tingkat kewarasan. Tanpa pikir panjang, aku ketik pesan yang akan aku kirim pada Stevan. Kali ini pesan itu tak ku hapus. Langsung ku tekan tombol kirim. Lalu, sejenak aku keluar dari frame chat whatsapp.

Karena otak aku masih pesimis bahwa Stevan tidak akan langsung membalas pesan yang aku kirimin. Biasa... Seakan lima puluh persen aku sudah mengenalnya. Karena Stevan bukan sosok seseorang yang real time di dunia maya. Stevan tak seperti aku yang akan sejam sekali mengecek whatsapp untuk suatu tanggung jawab yang harus dikerjakan. Dan tanggung jawab itu tak dapat ku abaikan. Apa lagi aku menggeluti dunia maya untuk aku pahami di dalam proyek yang aku jalankan bersama sahabat para IT.

Tapi... Semua pikiran itu di hancurkan dari segala kepesimisan, ketakutan dan keheranan. Why????

Hari ini Stevan begitu cepat membaca dan membalas pesan yang aku kirim.  Sangat diluar dugaan.

Sekedar chat saja dapat membuat aku bahagia. Apa lagi melihat wajahnya. Huhaha...Ana malu... Ana malu... Sangat malu....

Ternyata minggu lalu itu Stevan ibadah di Pangkalan. Hanya saja mata ini yang tak menjangkaunya di penglihatanku. Setelah itu aku tanyakan lagi padanya "Sungguh.... "

Lalu Stevan jawab... "Iya, tadi aku duduk di belakang"

Iya itu kira kira jawab Stevan. Aku malu sungguh....
Sangat malu... Secara tidak langsung perlakuan tersebut membuka diriku yang srlalu memerhatikannya dari kejauhan.

Sudahlah tak apa-apa... Toh.. Stevan pasti tak akan bertanya atau pun heran mengapa aku berlaku seperti itu. Hal seperti itukan dapat dilakukan oleh siapa saja padanya. Nggak ada hal yang aneh lagi kali. Jika Stevan sering dilontarkan pertanyaan begitu. Pasti banyak para pengagumnya yang lain sering melakukan hal seperti yang Ana lakukan.

Tak lama kemudian bertukar pesan selesai. Ketika buka Instagram. Tiba tiba aku lihat ada DM dari sepupu Stevan. Karena sudah lebih dulu aku tahu jawaban dari rasa khawatirku dari orangnya langsung. Aku sudahi langsung pesan pada sepupunya tersebut dengan mudah mbalas pesannya "Terima kasih dlll..... "

Ada-ada saja kelakuan Ana kalau berhubungan dengan Stevan.

Stevan...
Apa hari ini aku terlihat sombong? Apa hari ini aku terlihat munafik?
Apa hari ini aku terlihat tak memperdulikan keberadaanmu?
Stevan...
Tidak...
Stevan...
Hari ini aku melihat keberadaanmu
Hari ini aku menyadari jarakmu yang begitu dekat denganku
Hari ini aku bersyukur
Dirimu terasa dekat disisiku
Hari ini di akhir doa pulang misaku
Aku berterima kasih pada Tuhan sudah memberikan ku kesempatan lagi untuk melihatmu lebih dekat
Stevan...
Alasan ku tak mengirim pesan setiap kali kebaradaanmu begitu dekat denganku
Karena aku begitu jelas dan sadar akan kehadiranmu
Karena, ketika aku melihat hadirmu pada saat itu
Aku yakin bahwa dirimu baik-baik saja dan tak ada yang perlu ku takutkan dan khawatirkan pada saat itu
Meskipun ku tak mengirim pesan untuk menanyakan kabarmu
Stevan...
Alasan ku mengirim pesan setiap kali ketika aku tak melihat mu di tempat ibadah
Karena aku takut dan khawatir akan keadaanmu pada hari itu
Aku gelisah ketika tak melihatmu
Aku takut kalau kamu jatuh sakit atau sedang tidak baik-baik saja
Stevan...
Senin hingga sabtu pun aku tak melihatmu adalah suatu keadaan yang berbeda
Tak masalah buat aku
Karena aku minta Tuhan jaga kamu Senin hingga Sabtu
Agar di Hari Minggu puncak dari rindu terbayar dan segala pertanyaanku apakah kamu baik atau tidak adalah di Hari Minggu
Hari puncak dimana aku yakin kamu baik-baik saja atau tidak
Stevan...
Kedua hal tersebut seakan menjadi sebuah agenda yang akan aku lakukan setiap kali aku melihat mu maupun tidak melihatmu

Pemuja Dalam Diam (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang