Merry Christmas

130 7 0
                                    

"Stevan...  " Panggil Ana seusai ibadah malam natal. Ketika Stevan hendak pulang Ana memanggilnya lalu menjabat tangan Stevan dan mengucapkan "Selamat Natal Van"
Sembari mengucapkan selamat natal. Ana tersenyum pada Stevan. Begitupun Stevan kembali tersenyum sambil memberikan ucapan selamat natal pada teman-teman Ana. Saat Stevan selesai bersalaman dengan Kakaknya Ana yang bersama Delvi. Kak Delvi pergi ke belakang Ana. Iya, entah apa yang dilakukan kak Delvi di belakang.

Aku lanjut bertanya pada Stevan "Langsung balik Van? ".
Stevan menjawab sambil tersenyum "Iya Ni.  Mau balik soalnya mau ngabarin keluarga di rumah"

Mendengar jawaban Stevan. Ana hanya tersenyum lalu berkata "Iya udah deh. Hati-hati iya Stevan"

Sebelum meninggalkan Ana dan teman-temannya Stevan melemparkan senyuman manis yang membuat wajah Stevan itu makin gemesin.
Ana melihat kepergian Stevan hingga menuju parkiran. Rasanya berat si saat tahu Stevan akan secepat itu pulang ke rumah.
Tapi, tak apa lah. Sudah ada keluarga yang menunggunya.

Kini, aku dan kakak serta teman ku masuk ke dalam gereja lagi. Di dalam kami mengambil gambar di depan altar yang rencananya hendak foto di pohon natal. Tapu, rame banget orang-orang yang ingin foto di pohon natal. Jadi kami memilih untuk tidak foto di pohon natal.

Setelah mengambil gambar. Teman aku Irma pergi menyamperin temannya yang lain. Sedangkan aku, Nanny, dan Kak Delvia menunggu Irma di pintu keluar gereja.

Kami tak lama setelah itu langsung balik menuju kost dengan berjalan kaki bersama dengan teman-teman kami yang lain.
Sambil berjalan kak Delvia bercerita pada ku bahwa ketika aku dan Stevan tadi berjabatan tangan dan ngobrol semut itu. Kak Delvia sempat mengambil gambar secara diam-diam. Diam-diam mengambil gambar wajahnya Stevan yang sedang tertawa dan tersenyum manis kala itu.

Lalu aku minta ke Kak Delvia untuk melihat hasil gambar yang di ambilnya. Ternyata, pas aku melihat gambar yang di handphonenya.  Aku melihat Stevan sedang tertawa di foto itu. Ketawanya manis banget, tapi sayang Kak Delvia mengambil fotonya blur. Jadi kurang jelas wajah Stevannya. Walaupun begitu tak apa-apa. Setidaknya aku memiliki gambar Stevan di malam natal saat mengenakan baju kemeja maroon. Dimana aku senang melihat Stevan ketika mengenakan kemeja maroonnya.

Ehm.... Pokoknya rencana awal aku menyapanya adalah mengajak Stevan buat foto bareng. Tapi, tak kesampaian.
Sumpah, cupu banget si aku cuma mau ngajak foto aja takutnya minta ampun. Beraninya hanya ngomong doang ma teman-temannya.

Hahahahahha.... "Lihat aja ntar, Ana bakal ngajak Stevan foto berdua di gereja"

Boro-boro mah ngajak Stevan foto berdua.

"Mau nyapa Stevan aja kadang kamu ngumpulin keberanian setengah mati Na" kata Irma.

Hehehhe... Emang kamu paling paham aku deh Ir. Tahu aja deh, kalau aku beraninya hanya ngomong doang. Namun, tindakan kurang.

Aku mah emang begitu orangnya. Beda di mulut, beda lagi di tindakannya. Walaupun begitu, Ana tetap senang dan bahagia. Karena, Ana bisa melihat Stevan di malam Natal. Sudah Ana bilangkan. Meskipun tak punya waktu untuk ngobrol banyak sama Stevan. Ana itu sederhana. Nglihat wajah Stevan saja dari kejauhan udah cukup buat Ana lompat-lompat kegirangan kayak lagi dapat giveaway.

Pemuja Dalam Diam (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang