34.Cincin.

1.5K 32 0
                                    

Mohon maaf atas keterbalikan chapter,Seharus 33.34.35 dan seterusnya,Sekali lagi Mohon maaf.

Playlist:Mantan terindah-Kahitna.

6 Bulan kemudian~

SMA Nusa Dua.Kini bryan telah menyelesaikan status nya sebagai pelajar,Dan akan berganti sebagai mahasiswa.

Bryan baru saja menyelesaikan UN.6 bulan berlalu, dan 6 bulan juga hubungan mereka berlalu.
Bryan? Nasya?.Jarak adalah pemisah antara mereka,Bryan yang berusaha untuk menjauh, dan nasya yang berusaha melupakan dengan membenci lelaki itu tetapi walau kenyataannya hanya sekedar untuk mengingat nya saja selalu meninggalkan luka,Bagaimana dengan melupakannya?

Dan ingat,Setelah Masa UN itu terlampaui,Apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka berdua?.
Hari ini Bryan dan Elina akan melangsungkan acara bertukar cincin.

***

Nasya,Lisa,Fara dan Chika sedang berjalan menuju kantin.
"Lis..Gue lagi nggak mau ke kantin.."Nasya-
"Kenapa sih sya,alasan itu terus yang lo gunain untuk lo yang nggak mood lah,gue bawa bekallah,dan apa ini? Lagi nggak mau ke kantin?"Lisa-
Selama itukah nasya menjauh dari bryan,dan selama itulah Nasya belum bisa melupakan bryan.
"Lis..lo taukan keadaan Nasya"Fara-
"Oke Deh! Kali ini lo boleh nggak ikut kita ke kantin,tapi lo mau di bawain makanan apa gitulah sya? Kurus lo lama-lama"Oceh lisa-
"Nggak,makasih"Nasya langsung melangkah pergi.

Di pertengahan jalan menuju koridor.Bryan berjalan berlawanan dengan Nasya.Sekali lagi Nasya merasakan ribuan pisau tertancap secara langsung di lubuk hatinya.

Nasya ingin melewati bryan, tetapi-
"Nasya.."Panggil bryan.
Nasya berhenti.Menahan air mata yang lagi-lagi ingin menetes saat mengingat kejadian 6 bulan yang lalu.

Gadis itu berbalik arah,Manik mata mereka bertemu, Menampakan kerinduan tentang hangatnya saat mereka saling berpelukan,menyampaikan rasa sayang dengan cara masing-masing.
Bryan rindu nasya.Nasya pun juga seperti itu.
"Datang ke acara gue ntar malem,gue sama pacar-"Bibir bryan kelu sekali saat nasya memotong pembicaraannya
"Cukup.Gue tau,dan gue paham artinya."Nasya berbalik arah dan kembali melangkah pergi.Cairan bening lolos keluar dari bendungan yang sudah lama tertahan.

***

Malam ini,Nasya sudah siap dengan baju seadanya.Nasya menghembuskan nafas kasar.
"Dek..Lo nggak harus pergi.."Nava menatap sayu adik perempuan nya.
"Nggak bang..Gue harus datang di hari bahagia Bryan.."Nasya-
"Dek..Gue yakin ada alasan mengapa bryan mau bertunangan Dengan cewek itu.."Nava-
"Apa pun alasannya,Mungkin saja atas dasar cinta"Nasya tetap tersenyum, Apakah sudah cukup tenaga yang tersisa untuk hari ini?.
"Lo nggak datang ke Acara itu bang?"Tanya Nasya-
"Karena elo! Gue datang!"Nava-
Nasya tersimpul.Mereka bersiap untuk pergi ke acara Bryan.

***

Saat setelah sampai di pintu utama,Nava menganggam tangan Nasya kuat,seolah-olah memberi kekuatan pada gadis itu.
"Dek..Gue tau lo sedih,tapi lo terlalu baik buat lihat acara ini"Batin Nava.
Tak lama kemudian Seorang pembawa acara memberi sambutan pada tamu.
Tatapan nasya dan bryan bertemu,dan sampai akhirnya nasya memutus kontak mata itu.Bryan tampan dengan setelan jas hitam yang melekat pada tubuhnya.Sedangkan Wanita itu juga tampak cantik dengan dress yang sederhana tapi terlihat anggun untuk di kenakannya.
"Acara selanjutnya adalah bertukar cincin"kata pembawa acara tersebut.
Mata nasya sudah berkaca-kaca.

Bryan membuka sebuah cincin yang terdapat pada sebuah kotak kecil.
Di situ juga mata bryan menatap Nasya.
"Nasya kuat! Nasya harus kuat!"batin nasya.
Bryan sudah memasang cincin itu di jari sang wanita.
Dan wanita itu juga sudah mengenakan cincin itu.
"Beri tepuk tangan kepada sepasang kekasih kita ini!"Seru pembawa acara-.
Lolos sudah air mata itu.Nasya sadar dia tidak bisa terlihat lemah saat ini,dengan segera mungkin nasya mengusap air mata itu.
"Selanjutnya sambutan dari para tamu..Terima kasih"Pembawa acara-
"Bang gue mau ucapin selamat dulu yah ke mereka"Nasya tersenyum getir
"Nggak dek.."Cecan nava-
"Sekali ini Bang"Nasya memohon.
"Biar gue temenin"Nava-
Nasya mengangguk.

Nasya dan Nava berjalan ke arah Bryan dan elina.
"Selamat yan,Semoga lo bahagia"Ucap Nava-
"Makasih."Jawab bryan.
"Bryan..."Panggil nasya.
Mata mereka bertemu sebentar.
"Ss..s..selamat..Semoga lo selalu bahagia"Nasya-
Nasya langsung melangkah pergi meninggalkan altar tempat mereka tadi.
"Nasya.."Hati bryan hancur berkeping-keping ketika melihat gadis yang di cintainya menangis terlebih dia sendiri adalah alasan keluarnya air mata gadis itu.

Nasya keluar dari acara,dan menyetop taksi yang lewat,Perasaan nya kembali hancur,Kenapa rasa sesak di hati ini tak kunjung hilang? Mengapa selalu seperti ini?.
Air mata nasya bercucuran dia menatap sekeliling jalan dengan tatapan sayup,Dia rindu bryan dengan segala pelukannya saat hujan.Yang pastinya bryan harus bahagia! Meski bahagianya tak harus bersama nasya!.

***

Nasya sudah pulang duluan,Dia langsung masuk ke kamarnya,dilihat arlend dan vania juga sudah Pulang.
Nasya merebahkan badannya.Jika terus seperi ini,bagaimana nasya bisa melupakan sosok bryan?.Dia harus pergi.Nasya harus pergi jauh dari bryan.Nasya Beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju tempat kerja ayahnya.
"Papa.. Nasya boleh masuk?"Nasya berdiri di depan pintu.
"Nasya udah pulang? Sini gih masuk"Jawab arlend-
Nasya masuk.
"Nava belum pulang dek?"tanya arlend-
"Belum Pa...Pa nasya mau ngomong sesuatu sama papa dan mama"Nasya-
Vania yang baru saja masuk menjadi ikut bingung melihat nasya yang tiba-tiba sudah pulang.
"Apa yang pengen kamu omongin ke papa sama mama?"Tanya arlend-
"Nasya pengen lanjut SMA di L.A"Nasya-
"Kenapa kamu pengen pindah ke Amerika sya?"Tanya Vania-
"Nasya pengen daftar SMA dengan jalur beasiswa pa"Nasya-
Arlend menatap Vania
"Sya..Kamu benar-benar sudah yakin dengan keputusan kamu?"Tanya vania-
"Nasya yakin ma"Jawab nasya-
"Ya sudah,Papa setuju dengan keputusan kamu"Arlend-
"Mama Juga"Vania-
"Makasih pa,ma!"Nasya-
Lalu kemudian Nasya kembali ke kamarnya.
Dia menatap langit dengan sejuta bintang yang kelap-kelip,sembari memikirkan apakah keputusan nya ini benar.
"Bryan..Maaf..Nasya harus pergi"Ucap gadis itu..

Bryan AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang