3. First Impression

2.1K 101 29
                                    

"Gue nggak mau kenalan kalau ujungnya cuma perpisahan"

"Lo dimana kak? Kok nggak ada di belakang Vanya sih?! Vanya sendirian nih." telfon Vanya bingung sambil melihat kanan kirinya. Berharap ia melihat kakaknya sekarang.

"Lo dimana? Gue kesana sekarang!"

"Di dekat pintu keluar, gue tunggu." Vanya memberitahu Verdi dan segera mematikan sambungannya secara sepihak.

Verdi pun menarik tangan Dinda untuk cepat-cepat menemui Vanya. Mungkin ia tidak sadar, jika ternyata Vanya hilang karena ulahnya, ia pasti akan mendapat amukan dari orang tuanya, tamparan, atau bahkan diusir dari rumahnya. Ia lalai.

Tapi untuk remaja seusia Vanya, dengan kecanggihan alat elektronik pasti ia bisa pulang dengan sendirinya. Pasti itu.

"Mau kemana?"

"Cari adik gue lah." lalu mereka berlari secepat mungkin untuk mencari Vanya. "Gue bisa dimarahin bokap."

Saat di dekat pintu keluar, Verdi melihat gadis kecil berbaju putih dengan rambut panjang berbando yang ia gerai. Verdi langsung menghampirinya dan memeluknya.

"Vanya! Lo jangan hilang dong, nanti gue dimarahin bokap lo, lo mau tanggung akibatnya?" panik Verdi setelah itu. Tatapan itu kembali tajam, tetapi terlihat sedikit mata yang berkaca-kaca. Verdi sangat khawatir di depannya.

Tumben perhatian.

"Ya maaf lah, kan kakak yang nggak ada di belakang Vanya, jadi yang salah lo kak, bukan Vanya." bela Vanya dengan wajah yang masih tertunduk.

"Kok gue sih?"

"Iya lah, kan itu tad—"

Verdi mendesah, "pulang! Udah beli kan? Sudah dibayar kan?" tanya Verdi mendapat anggukan dari Vanya, ia masih sangat takut menatap wajah ganas milik pria itu. Ia pun lalu melihat tangan Verdi yang tak disangka masih memegang tangan Dinda erat. Ia berdehem keras.

"Ih kak Verdi modus, gandeng-gandeng anak orang aja, bilangin Mama tau rasa lo kak." goda Vanya sambil mengeluarkan ponselnya cepat.

"Ck pa-an sih bocah! Reflek ini gara-gara lo ngilang." ucap Verdi lalu melepas gandengan tangannya, tetapi Vanya tak lupa mengabadikan momen kedua kalinya untuk diperlihatkan ke Mamanya yang kini berada di rumah.

Bisa jadi berita heboh setelah sekian tahun.

**

"Ngiri Ver rumah gue."

Verdi melajukan mobilnya, menuruti ucapan Dinda tanpa ada niatan membalas. Suasana kembali hening seperti tadi sampai akhirnya sampai di kompleks Dinda.

"Makasih Ver, Vanya." kata Dinda setelah sampai di tempat yang ia tunjukkan.

"Oke kak." balas Vanya sambil mengacungkan jempolnya. Dinda tersenyum tulus melihat itu.

Dinda menatap arah Verdi, masih menampakkan senyumnya. "Makasih, Ver." ucap Dinda lagi, namun kembali tak dijawab.

"Ver, terima kasih." katanya yang kian kesal.

"Ver!"

Pria itu pun hanya menampakkan muka risihnya, dan mengacak rambut frustasi, "iya-iya, udah sana keluar." usirnya.

"Gue cuma pesen sama lo, kalau lo bersikap gini terus sama siapapun lo bakal kesusahan nyari jodoh." Dinda lalu menuruni mobil dengan perasaan yang sangat senang, namun sedikit kekecewaan menyelinap.

"Hati-hati." ucap Dinda sebelum mobil itu melaju.

Mobil Verdi sudah melaju namun kembali ke hadapan Dinda, membuat Dinda mengernyit, ada apa?

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang