"Rasa nyaman bisa muncul dari kedatangan sahabat, sahabat yang selalu support kita dan selalu ada disaat kita membutuhkannya"
Kini Verdi, Otong, Risky, Alex, Galih dan Regal sudah berada di sebuah kafe. Tepat di kafe blacksweat mereka berkumpul, menikmati nuasa yang memberi kesan tenang dengan secangkir coffe hangat.
Sayangnya kebersamaan mereka kini tidak lengkap. Rendra, Paul, dan Radit sedang ada acara mendadak di sekolahnya. Mengingat sekolah mereka juga berbeda, mereka di SMA Putra Bangsa jadi tidak begitu tahu agenda mendadak dari kebanyakan anggota mereka di SMA Padma Widjaya.
"Eh gue denger dari Rendra, katanya Dinda mewakili cerdas cermat dari SMA PB, sekolah kita siapa ya?" tanya Regal akan hal itu.
"Dinda siapa sih?" tanya Galih penasaran.
"Lo nggak tau? Kemana aja lo Gal selama ini." ucap Otong.
"Dia sibuk kerja woi, maklumin lah." bela Alex pada Galih.
"Kerja, kerja, nggak ngasih gaji ke kita sama saja." celetuk Regal tertawa.
"Apa sih Gal, duit gue nggak sebanyak duit kalian. Sibuk menata masa depan nih." celetuk Galih yang tak pernah ikutan gabung dengan.
"Mau nikah muda apa?" sahut Oting kaget.
"Menata masa depan itu nggak cuma buat modal nikah, tapi buat bahagiain orang tua gue juga. Bokap udah rela nyekolahin gue setinggi ini, kalau gue putus di tengah kan kasihan. Ekonomi juga sekarang semakin sulit buat didapat kan?" bijak Galih membuat semua orang terdiam.
Dari semua sahabat Verdi, hanya Galih lah yang hidupnya rada pas-pasan. Ia hanya hidup dengan ayahnya yang sudah sakit-sakitan. Paling mereka lah yang akan membantu jika Galih mengalami kesulitan dalam masalah biaya meski hanya sedikit.
"Sabar ya, Gal. Besok kita bantu."
"Berhubung lo nggak tau dan di sini ada gue, gue kasih tahu ya, Dinda itu cewek yang ditaksir sama Verdi, mereka baru jadi teman belum pacaran." jelas Otong menyengir ke arah orang yang ia bicarakan. Verdi pun hanya menatap Otong datar.
"Oh naksir sama teman sendiri, selamat Ver." sahut Galih cepat berbangga.
"Selamat buat apa, o-on, siapa yang nikahan, siapa yang ulang tahunnbiar gue kasih kado?" tanya Otong beruntun.
"Selamat karena mau jadian sama temannya." jawab Galih membuat Otong mengacungkan dua jempolnya.
'Jadi kalau Dinda ikut artinya gue bakal ketemu dia gitu?' Verdi bertanya dalam hatinya.
"Ya bagus lah, sekolah kita siapa ya? Kan Dilla lagi sakit, orang yang pintar cuma dia, tapi,-" Galih memotong pembicaraannya ketika melihat Verdi yang juga mempunyai daya saing akan kepintarannya.
"Ver, lo disuruh guru nggak buat wakilin sekolah kita? Secara nih, lo kan paralel 2 di sekolah dibawah Dilla." lanjut Galih sambil menatap ke arah Verdi. Semuanya pun juga memandang Verdi.
Verdi masih menikmati sruputan coklat hangat. Lalu ia membenarkan posisi duduknya yang semula sedikit menyandar pada kursi. Verdi hanya mengangkat kedua alisnya malas.
"Ver, jawab kenapa sih, kan babang Oskar pen ngerti nih!" selidik Otong kembali membuyarkan suasana mereka dengan gaya bahasa yang sedikit mlehoy.
Oskar, itu adalah nama aslinya, nama Otong itu diambil dari Oskar Tohpati Ngrestara, sebuah nama pemberian orang tuanya yang spesial untuknya delapan belas tahun yang lalu. Sebutan Otong hanyalah pemberian dari sahabat-sahabatnya, yang mana sejak dahulu hingga sekarang masih terabadikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/167821290-288-k225297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VerDinda [SELESAI]
Fiksi Remaja[Tahap Revisi] Cerita ini meliput kisah asmara antara Verdian dan Adinda, dapat dikata pertemuan itu cukup singkat. Banyak yang menyukainya, banyak yang menginginkannya. Namun ditengah percintaannya, sebuah insiden besar terjadi, banyak kasus yang h...