22. Cokelat Romantis

1K 39 3
                                    

'Gue nggak mau kehilangan lo, gue akan jaga lo sampai nanti gue pergi selama-lamanya'
-Verdian Rahmat

"Gue... Gue mau jadi pacar lo!" putus Dinda mengagetkan dengan senyum lebarnya. Verdi yang awalnya nampak menciut sekarang malah menatap Dinda dengan mata yang sangat berbinar namun ragu.

"Demi apa?" tanya Verdi mendapat anggukan dari Dinda.

"Gue mau jadi pacar lo."

"Makasih, Din, makasih." lanjut Verdi sambil berteriak bangga.

"Apa sih Ver, mulai deh tuh gilanya." Dinda memukul lengan cowok ini dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya.

"Apaan sih gimana? Kan gue cuma berbagi kebahagiaan, emang nggak boleh?" ucap Verdi yang masih menampakkan senyum lebarnya.

"Jangan gitu juga kalik."

"Biarin."

"DINDA GUE SAYANG SAMA LO!" teriak Verdi menatap padang rumput yang membentang luas diikuti tatapan menuju manik mata gadis yang tertawa itu.

"Jangan malu-maluin."

"Disini cuma ada kita, dan gue nggak malu sama sekali."

"Tapi gue yang malu, Ver."

"Malu sama siapa?"

"Rumput yang bergoyang." kekeh Dinda lalu duduk di atas taburan bunga mawar yang harum baunya. Verdi pun ikutan untuk mengambil posisi di sampingnya.

Kini, mereka memakan cokelat serta membaca buku novel dengan sangat asyik. Mereka tertawa bahagia, hingga burung-burung berkicau merdu ikutan menyaksikan kebahagiaan mereka.

'Berbagi cerita kadang membuat kita cinta padanya'

"Ya ampun, gue benar-benar nggak nyangka."

"Kenapa?" tanya Verdi.

"Nggak nyangka aja, gue sama lo yang baru kenal bisa langsung pacaran secepet ini." tawa Dinda bahagia.

"Gue juga, tapi lo seneng kan?" katanya menatap gadis itu dan memberanikan diri untuk mengelap sisa coklat di ujung bibir Dinda.

"Hidup itu emang nggak bisa ditebak, Din."

"Kata siapa, gue bisa nebak hidup lo nanti malam kayak gimana." elak Dinda menutup buku novel dan menatap Verdi.

"Gue tebak nanti malam lo mikirin gue sampai senyum-senyum." canda Dinda membuat Verdi terkekeh pelan.

"Gue juga nebak gitu ke elo."

"Lo masih ingat tentang sebuah buku pengetahuan sama komik?" tanya Verdi yang terbaring di tengah taburan bunga itu. Verdi yang mengode Dinda untuk ikutan tidur pun akhirnya berhasil.

"Emang apa?" tanya Dinda tak tahu.

"Ya... Karena buku itu, kita bisa dipertemukan." lirihnya membuat Dinda nampak berpikir. Ia sedikit bingung dengan maksud Verdi sebelum akhirnya menemukan jawaban.

Krik! Krik!

"Lo lupa?"

"He—iya gue inget." katanya beralih duduk menghadap Verdi yang masih terbaring, "itu kan waktu gue sama lo ketemu di toko buku?" tanya Dinda menatap Verdi yang ada di sampingnya.

"Sumpah gue malu banget waktu kejadian itu, kenapa juga gue ladenin cowok tampang kayak lo yang sok bantu-bantu gue berdiri. Tapi sekarang malah gue bisa jadi pacar dari seorang penabrak cewek cantik di toko buku itu." Lanjut Dinda dengan kekehannya.

"Lo harus bersyukur, bisa dapetin cowok ganteng kayak gue." ucap Verdi sambil menatap Dinda lekat. Mereka kini kembali berbaring di atas taburan bunga berwarna merah merona ini dengan tangan sebagai tumpuan kepalanya.

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang