"Tenang saja, hati gue masih tetap sama"
Malam ini adalah malam terakhir Verdi untuk menyiapkan semua bahan olympiade. Ia sangat tenang, tak ada kepanikan yang ia perlihatkan. Namun sejenak, ia kembali teringat dengan Dindanya yang tidak bisa mengikuti acara itu besok pagi.
"Andai besok lo jadi ikut, pasti gue akan tambah semangat buat nandingin lo." sesal Verdi sambil menatap langit yang cukup cerah, bulan bertengger jauh di langit atas.
"Gue bakal buktiin janji gue sama lo, Din."
Terdengar ketukan pintu beberapa kali, Verdi pun akhirnya menatap pintu coklat itu beberapa saat, tak lama pintu terbuka menampilkan sosok Vanya yang lebih pendek darinya.
"Kak Ver, nanti mama sama papa mau jenguk kak Dinda, lo mau ikut nggak?" tanya Vanya menatap Verdi dengan penuh tanda tanya.
"Nggak, gue titip salam aja buat mereka, gue mau belajar." Vanya hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Verdi sendirian di balkon kamarnya.
Kini Verdi hanya di rumah bersama Bi Inah dan Pak Tono (supirnya). Memang Bi Inah dan Pak Tono tinggal disini. Tepatnya di rumah belakang milik Verdi, tetapi terpisah oleh jalan sempit dan taman belakang. Mereka adalah sepasang suami istri yang sudah bekerja disini hampir 19 tahun lamanya. Sehingga keluarga itu sudah sangat dipercaya oleh keluarga Rahmat.
Verdi mulai membuka lembaran-lembaran kertas yang sudah nampak usang karena coretan-coretan usil tangannya. Sedetik ia fokus lalu konsentrasinya hilang begitu saja.
"Gue bingung mau ngapain." Verdi menggaruk rambutnya yang sedikit jambul, banyak buku yang sudah harus dipelajarinya detik ini namun ia juga tidak boleh kelelahan.
"Gue harus fokus, gue harus buktiin ucapan gue ke dia." semangatnya dalam hati.
Tak lama Verdi langsung fokus mengerjakan soal-soal dengan sangat teliti. Pikirannya hanya satu, tentang hari esok. Meskipun belum sepenuhnya begitu fokus.
Ia menatap jam dinding yang ada di tembok samping, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi keluarga Verdi masih belum kembali ke rumah.
Ia bepikir lagi, tak biasanya mereka pergi selama ini. Dalam hatinya ada kecurigaan mengenai orang tuanya begitu juga Vanya.
"Pasti mereka jalan-jalan, udah nggak ajak gue lagi. Oke, kalau gitu urusannya, gue tidur aja." simpul Verdi lalu menutup buku-bukunya dengan sangat cepat kemudian memposisikan diri untuk segera tidur di kasurnya.
Verdi sempat memeriksa ponsel yang berada di sampingnya. Mulai dari notif pesan, instagram, twitter, memenuhi ponselnya.
Ia pun tak ingin memeriksa semua, hanya membuka beberapa pesan dari teman dekatnya saja dan malah membuat Verdi mengernyit ingin mengeluarkan makanan malamnya.
Selfi: Ver semangat buat besok😘
Rachel: Sukses Olymp Verdi, gue yakin lo juara😍😍
Syifaa: Jangan lupa bismillah Verrr.
Megan: Verdi sayang, inget gue ya besok pas mau ngerjain, pasti bakalan lancar😘
Hampir semua teman yang mengirimnya kata semangat adalah kaum hawa. Apa ini kelebihan dari seorang pria tampan?
"Jijik!" kata Verdi sambil mengernyitkan dahinya, semua pesan itu tak ada satupun yang dibalas oleh Verdi. Malah, ia langsung menghapus pesan alay seperti itu.
Texaslife
Otong: Selamat malam para jomblo setia dan masih terhormat.
Regal: Apasih tong? Gabut karena ditinggal lagi sama pacar?
KAMU SEDANG MEMBACA
VerDinda [SELESAI]
Teen Fiction[Tahap Revisi] Cerita ini meliput kisah asmara antara Verdian dan Adinda, dapat dikata pertemuan itu cukup singkat. Banyak yang menyukainya, banyak yang menginginkannya. Namun ditengah percintaannya, sebuah insiden besar terjadi, banyak kasus yang h...