25. Ikan Cucut Ikan Lohan

886 41 4
                                    

'Maaf jika aku terlalu cepat mengambil keputusan.'
-Verdian Rahmat

Malam ini di kafe blacksweat, kafe yang biasa dikunjungi oleh Verdi dan teman-temannya ramai oleh keluarga besar Verdi serta teman kelas dari Vanya.

Tak lupa sahabat Verdi pun ikut meramaikan suasana kali ini. Ada Otong, Regal, Alex, Rendra, Galih, Radit, dan Paul. Mereka memakai pakaian jass abu bersamaan.

Vanya tak mengetahui sedikitpun bahwa akan ada surprise dari keluarganya. Di perjalanan Vanya masih bingung dengan ajakan Verdi yang tiba-tiba.

"Mau kemana sih, kak? Kok gue disuruh pakai baju pesta, nggak betah ini." ucap Vanya bingung ketika berada di mobil Verdi, mereka hanya berdua. Orangtua dan kerabat kecil mereka sudah berada di sana terlebih dahulu dan Vanya tidak mengetahui.

"Kak Dinda." balasnya singkat.

"Kakak mau nikah sama kak Dinda? Sejak kapan kalian pacaran? Tunangan malam ini ya? Demi apa kak, gue bakal ada kakak baru buat bisa diajal belanja?" pertanyaan panjang itu muncul dari mulut Vanya dengan sangat antusias.

Verdi tak menggubris sama sekali. Ia kembali asyik dengan lagu yang ia putar malam ini.

Vanya yang melihat Verdi tak memberi jawaban hanya cengengesan. Ia tahu, bahwa pertanyaannya ada benar. Ia terus berpikir bahwa nanti akan ada adegan romantis antara mereka berdua.

"Sosweet banget, gue jadi pingin." pekik Vanya mendapat tatapan tajam dari Verdi.

Mobil itu terus melaju selama lima belas menit. Vanya kembali memainkan ponselnya untuk berfoto sendiri. Hingga sampailah di rumah Dinda, kakak barunya.

Mereka melihat Dinda sudah rapi dengan balutan gaun berwarna cream yang senada dengan baju yang Verdi kenakan. Verdi segera berlari menuju dimana Dinda berada. Tak lupa lengannya ia torehkan, hingga Dinda dapat meraihnya.

Vanya yang berada di dalam mobil asyik dengan pemandangan kali ini. Ia sangat senang bisa melihat kakaknya berubah sekarang. Ia lagi-lagi mengambil jepretan foto mereka saat berjalan menuju mobil. Sungguh romantis dan meluluhkan hati Vanya.

"Kak Dinda, selamat ya. Vanya seneng punya kakak baru, nanti jangan grogi loh kak, pasti Kak Verdi bakal anuin kakak." celetuk Vanya membuat Dinda bingung dan menatap Verdi heran.

"Ikuti aja." ucap Verdi sedikit membisik dan mendapat anggukan darinya.

"Ah-iya Vanya. Makasih." Dinda kembali menorehkan senyum manisnya. Ia sangat cantik dan anggun malam ini.

"Gue udah bilang sama lo, jangan dandan terlalu cantik."

"Gue juga udah bilang sama lo, bakal ada cowok yang kepincut sama kecantikan gue."

"Jangan ge-er."

"Gue tau lo udah kepincut sama gue, kan?" Dinda pun menatap Verdi yang masih asyik tak menatapnya. Mungkin ia malu karnea tebakannya.

Mobil itu kembali melaju dengan kecepatan tinggi. Mereka buru-buru untuk sampai disana sebelum jam menunjukkan pukul delapan malam.

"Ayo turun kak." ucap Vanya saat mobil itu sudah terhenti.

Sebelum itu Vanya malah mendapat kekehan dari Dinda. Membuat wajah imut itu nampak semakin menggemaskan. Dinda mengambil kain hitam untuk menutup mata Vanya.

"Lo tutup mata dulu. Nanti kan ada adegan roman gue sama dia, lo nggak boleh lihat. Masih kecil." ucap Verdi sambil menatap Dinda penuh keyakinan. Vanya pun hanya menurut walaupun ia merasa heran dengan kakaknya.

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang