"Mendapatkan dirinya itu anugrah, maka aku selalu bersyukur dan akan terus berusaha untuk tidak menyia-nyiakannya"
Dinda sudah rapi dengan balutan jeans, sweater, tas kecil yang ia selempangkan serta sepatu putih yang melekat indah di kakinya. Cocok untuk tubuh mungilnya.
Ia menuruni anak tangga dengan langkah cepat, kemudian berjalan dengan langkah panjang yang membuatnya mendapat lirikan dari Andre.
"Mau kemana lo, rapi bener?"
"Menurut lo, gue mau kemana?" tanya balik Dinda membuat Andre mengerdikkan bahu acuh.
"Main sama Verdi, izin dulu ya." lanjutnya berpamitan dan menghilang di balik pintu utama. Andre hanya menatap dan geleng-geleng.
"Jangan kemalaman." pesan Andre seraya memandang gadis yang sudah pergi jauh dari hadapannya.
"Anjir, gue sekarang dikalahin sama dia." gumamnya menyungir masam.
**
Verdi berada di kafe blacksweat sejak pukul 15.40, menunggu dengan mata berkeliaran mencari seseorang. Belum terlihat batang hidungnya, gadis itu belum terilihat datang.
Ia memutuskan untuk menunggu beberapa menit dengan ditemani benda kecil yang tergeletak di atas meja. Sesekali ia memainkan dan menatap nanar. Cukup lama dan sudah membosankan.
Sepuluh menit kemudian, seorang gadis berjalan celingukan, matanya menatap segala arah disertai ekspresi membingungkan. Setelah melihat pria itu, ia tersenyum manis memerlihatkan sederet gigi putih ke arahnya.
Mata Verdi sontak memerhatikan cara berjalan gadis itu, ia tersenyum mendekatinya.
"Udah lama nunggu ya?" tanya Dinda setelah menggeser kursi lalu mendudukkan bokongnya. Ia menatap Verdi dengan senyuman yang masih terlihat.
Verdi menggeleng pelan, "baru aja."
"Syukurlah. Oh-iya Ver, langsung aja ya, gue mau tanya soal,-" ucapnya terpotong ketika Verdi mengambil alih bicaranya.
"Pesan apa?" Dinda menggaruk tengkuk dan mengalihkan pandangannya. Ia malu. Terlalu buru-buru seakan tak punya waktu untuk Verdi.
"Maaf, Ver, terserah lo aja, gue samaan." tutur Dinda setelahnya.
Verdi pun segera mengambil daftar menu, memilih chicken katsu dan jus jeruk kesukaan gadis itu. Memberi daftar pesanan ke waiters yang berdiri di sebelahnya. Cantik rupawan waiters itu.
"Naik apa?"
"Taksi." jawab Dinda pelan.
"Maaf gue nggak bisa jemput." lanjut Verdi kemudian.
"Iya, gue tau kok, Ver."
Suasana kembali hening beberapa detik sebelum akhirnya Verdi kembali bicara.
"Aku ada sesuatu buat kamu, tutup mata, Din." titah Verdi lembut, menatap manik mata Dinda yang terasa sejuk di hari ini.
Sejak kapan Verdi aku-kamu sama gue? Batin Dinda sedikit tertawa geli.
Dinda pun menurut untuk menutup mata dengan telapak tangannya. Sesekali ia mengintip dari celah jari-jarinya tetapi berhasil dicegah oleh Verdi. Lucu sekali bercanda bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VerDinda [SELESAI]
Ficção Adolescente[Tahap Revisi] Cerita ini meliput kisah asmara antara Verdian dan Adinda, dapat dikata pertemuan itu cukup singkat. Banyak yang menyukainya, banyak yang menginginkannya. Namun ditengah percintaannya, sebuah insiden besar terjadi, banyak kasus yang h...