23. Suasana Baru

1K 33 3
                                    

"Terkadang rasa kagum dalam diam akan berubah menjadi cinta dan kasih sayang"

"Ya ampun! Gila nggak sih—gue bisa jadian sama Verdi." teriak Dinda histeris sambil meremas boneka kecil yang ia letakkan di pangkuannya.

"Gue seneng banget ya Tuhan, akhirnya ... akhirnya masa kejombloan gue udah berakhir, yash!" pekik Dinda lagi-lagi dengan sangat histeris.

"Gila! Gila! Gila!"

Berada di zona nyaman disertai perasaan yang campur aduk sangatlah nikmat menurut gadis yang sedang jatuh cinta ini. Merasakan semuanya tanpa ada kebimbangan, membuatnya semakin tak bisa mengungkapkan semua dengan kata-kata.

Sudah cukup dirinya kelelahan, karena mengekspektasikan hal yang terlalu tinggi.

Kini ia mulai membaringkan tubuh mungilnya dengan seulas senyuman yang terbit di sudut bibirnya, lama-kelamaan mata indah itu mulai menutup dan menuju ke alam mimpi.

'nggak usah ngucapin malam ke pacar, ngapain juga! Itu cuma buat mereka yang butuh perhatian.' batinnya terkekeh geli sebelum mata itu terpejam.

**

Berbeda dengan Verdi, walaupun kini jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia masih asyik bermain gitar di balkon kamarnya. Menatap banyaknya bintang-bintang yang menghiasi malam, sudah bisa membuat pikirannya melayang ke alam bebas. Ia merindukannya.

Lagi-lagi tebakan Dinda ada benarnya.

"Din-da" penggalnya memanggil seketika dengan pandangan yang masih menatap kosong langit penuh bintang itu.

Tersenyum dengan sejuta kehangatan selalu terlukis dalam bibirnya.

Ia memainkan jarinya, memetik senar demi senar sambil berirama pelan melantunkan lagu dengan sangat indah.

Hadirnya dirimu...
Berikan suasana baru...
Kau mampu tenangkan aku...
Di saat risau dalam hatiku...

Lembutnya sikapmu...
Meluluhkan hati ini...
Terbuai aku terlena...
Oleh dirimu...
Oleh dirimu...

Lantunan itu, membuat kata demi kata yang keluar dari mulutnya dapat ia maknai. Ia tidak ingin kehilangan lagi. Suasana ini, juga membuatnya serasa dihujani banyaknya bunga asmara dari langit malam.

"Gue udah jatuh hati sama lo." akhirnya memainkan gitar.

"Kak-" ucap gadis kecil memecah suasana malam yang semula syahdu menjadi kelam.

Cowok bermata dingin itu memalingkan pandangannya menuju gadis yang bergeming di kamarnya, ia menatapnya lalu bertanya dengan penuh heran.

"Kenapa," tanya Verdi dengan nada sedikit lesu sambil menaruh gitar, "belum tidur?" lanjutnya.

"Gue nggak bisa tidur, Vanya mau tidur di kamar Kak Verdi aja." ucap Vanya dengan nada khas orang yang masih ngantuk, bocah itu melangkah menuju zona nyaman dengan mata yang masih sedikit tertutup. Verdi tak menggubris sama sekali.

Cowok berpostur tegak nan tinggi ini, akhirnya melangkahkan kaki dengan sangat santai menuju ranjang miliknya.

"Gue sayang sama lo, Van." ucapnya setelah melihat Vanya tertidur pulas.

Jangan salah, Verdi sangat menyanyangi adiknya seperti kedua orang tuanya. Mereka adalah satu-satunya perisai di hidup Verdi. Menjadi cambuk dalam menggapai prestasi, dan tentunya kesuksesan di masa depan.

Verdi menyadari bahwa Vanya belum mengetahui rahasia yang sedang Verdi alami hari ini. Kalau sudah tahu, ia pasti bawel, meminta penjelasan dan ini itu. Lebih baik Verdi tak memberitahunya dulu, biar mereka tahu sendiri nantinya suatu hari nanti.

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang