9. Apa Balikan?

1.4K 65 26
                                    

"Terkadang berpikir dua kali harus kita lakukannsaat mengambil sebuah keputusan"

Sekarang di SMA Putra Bangsa, Dinda dan temannya berada di sebuah taman, seperti biasa mereka mencari hawa sejuk dan semilirnya angin pagi. Mereka hanya akan ke sini jika ada waktu luang. Mengingat, taman ini jauh dari kelasnya, butuh beberapa puluh langkah untuk sampai di sini.

Tempat ini memang cocok untuk sekadar mengisi waktu luang dengan melakukan beberapa aktivitas seperti membaca novel, buku pelajaran, mengerjakan tugas, berpacaran atau bahkan berfoto ria dengan spot khas SMA ini.

Kini terlihat pria dengan perawakan tinggi dan dua lesung pipi yang ia tampakkan. Dinda mengernyit ketika melihat pria itu berjalan menuju tempat duduk mereka.

"Hai Din," sapanya ramah, "gue boleh gabung nggak?" tanyanya ketika sudah berada di depan Dinda dengan sedikit menundukkan kepalanya.

Dia adalah Shandy Pradanta, masa lalu Dinda yang dulu sempat berpacaran kurang lebih dua tahun sejak kelas 10. Namun sekarang? Tidak. Namanya juga masa lalu kan?

"Cuma sapa Dinda doang nih?" sindir Yustin ikut campur.

"Eh, hai Yus, Zur, Mey." sapanya ke arah mereka bergantian.

"Iya Shandy, boleh kok gabung aja sini." ucap Zura yang kini berdiri di depan Shandy. Teman-teman Dinda yang peka terhadap rangsang. Ralat, peka terhadap situasi seperti ini langsung meninggalkan mereka berdua.

"Kayaknya kita harus pergi dulu deh, Din." pamit salah satu dari mereka.

"Kemana?"

"Kita mau konsul di kantor BK. Duluan ya, Shan, Din." akhirnya lalu berlari entah kemana.

"Woi tapi kan,-" teriaknya belum selesai dan langsung berhenti, ia sudah melihat mereka semakin menjauh. "kan gue jadi gimana gitu sama dia." gumamnya pelan untuk melanjutkan teriakan tadi.

Suasana kembali canggung, Dinda memalingkan pandangannya ke berbagai arah. Memainkan daun kecil yang sempat ia raih dari pohon di sebelahnya. Dan memainkan ponsel untuk mengusir kebodohannya.

"Kenapa, Shan? Ada yang mau lo bahas sama gue?" tanya Dinda mengawali untuk mengusir perasaan tak enak ini.

"Iya ada."

"Soal pelajaran ya pasti? Tentang apa? Sini gue bantu siapa tau gue paham."

"Enggak kok, gue masih lancar ngerjain tugas sampai hari ini." kekeh Shandy diikuti tawa kaku dari Dinda.

"Syukurlah."

Kesenyapan kembali menyelinap dalam diri mereka, semoga bel segera terdengar.

"Din," panggil Shandy membuka obrolan. Dinda menoleh menghadap sumber suara itu dengan rasa heran yang masih menyelimuti. "Gue kangen sama lo."

Deg!

Dinda mematung seketika, kenapa Shandy yang sudah lama tidak dekat dengannya tiba-tiba datang dan berkata seperti itu? Apa maksudnya dan kenapa?

"Ck santai aja, Din, gue tahu kita udah putus. Tapi, gue cuma kangen sama lo, boleh kan?" Shandy dengan santainya mengucapkan hal itu dan membuat wajah Dinda memerah. Antara perasaan marah dan meleleh.

"Kenapa ada kangen-kangenan segala? Orang kita biasa ketemu, kan." jawab Dinda santai.

"Kangen ini beda." ucap Shandy, "gue udah lama nggak berada di dekat lo, nggak sedeket ini, dan sekarang? Gue baru bisa lebarin nyali gue buat ketemu lagi sama lo."

Dinda tertawa palsu lagi. Ia kehabisan kata untuk menjawab perkataan itu. "Oh, syukurlah kalau gitu." ucapnya lalu mengalihkan pandangannya. Shandy pun mengambil tangan Dinda yang berada di sampingnya sontak membuat Dinda terpaku seketika.

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang