Aku dan Maya memiliki rencana berlibur ke pantai. Namun sialnya ketika aku sedang telponan dengan Maya membicarakan tentang liburan, Dimas mendengar dan memaksa ingin ikut. Merengek seperti bocah sampai membuat kepalaku pening, dan dengan terpaksa aku mengajaknya.
Dimas memang tidak tahu diri, dia malah mengajak teman lainnya juga. Dan hal yang paling menyebalkan adalah, Pak Bagas juga ikut.
"Gimana, Ren? Pak Bagas denger aku sama kamu bakal liburan ke pantai, dan dia maksa pengen ikut. Yaudah aku iya in, masa nolak, sih? nggak bisa aku," ucap Dimas. Aku hanya mendengus kesal. Rencana healing berdua dengan Maya gagal total!
***
Setelah semalam aku mengirim pesan singkat perihal waktu keberangkatan, kini, pagi ini, Pak Bagas sudah mengomel ditelepon, menyuruhku untuk lebih cepat. Sebelumnya, aku sudah memberitahu Dimas soal aku yang satu mobil dengan Pak Bagas. Jadi, Dimas, temannya, dan Maya semobil.
Ini nih yang bikin aku males banget satu mobil dengan Pak Bagas. Kalau hanya Tigapuluh menit tidak masalah, tapi perjalanan ke pantai cukup memakan waktu yang lama. Jadi, kalian bisa bayangin gimana bosannya aku.
Setelah kurang lebih Empat jam lamanya, hamparan air berwarna biru terlihat, begitu juga suara deburan ombak yang menyapa telinga. Aku mengembang senyum saat mataku dimanjakan dengan indahnya pantai. Tapi, seketika mukaku berubah menjadi masam. Mengingat kejadian di Bali saat di pantai membuat rasa kesalku muncul lagi. Padahal, kejadian itu sudah berlalu lama. Ah, sudahlah, bukan hal penting untuk dipikirkan!
Pak Bagas melajukan mobilnya mendekat ke sebuah bangunan tempat diaman kita akan menginap. Setelah mobil terparkir dengan benar, aku dan Pak Bagas segera keluar dari dalam mobil. Tidak berselang lama, Dimas dan lainnya tiba juga.
"Wooh ... akhirnya liburan!" pekik Dimas seraya menatap pantai yang jauh di depan sana. Senyum mengembang di bibirnya.
Mataku justru menangkap seorang pria yang berdiri di samping Dimas. Aku yakin, pria bertubuh tinggi itu temannya Dimas yang diceritain ke aku. Dengan cepat aku tersadar karena terlalu lama menatap. Aku segera menggelengkan kepala, dan memilih melihat ke arah lain.
"Kamu ngapain geleng-geleng?" suara seseorang dari arah belakang mengkagetkanku. Menolehkan kepala, aku berkata, "Enggak kenapa-napa, kok, Pak."
Pak Bagas melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan yang besar itu. Aku segera memberikan isyarat dengan gerakan tangan kepada yang lain untuk masuk juga.
***
"Eh, May, kita jalan-jalan ke pantai, yuk?" Setelah beristirahat cukup lama, aku mengajak Maya untuk berkeliling.
"Ayok!" jawab Maya. Lalu, bangkit dari kasur. Dengan senang, aku manggamit lengan Maya, dan keluar dari dalam kamar.
Begitu keluar dari penginapan, aku memicingkan mata ketika Dimas bersama temannya berjalan tidak jauh di depan sana. Aku pun meneriaki nama Dimas, membuat sang punya nama menoleh ke belakang. Aku dan Maya segera menghampiri Kedua pria itu.
"Kalian mau ke pantai juga?" tanyaku menebak. Dimas menganggukkan kepalanya. Kemudian, aku berkata, "Kalo gitu bareng aja. Aku sama Maya juga mau ke pantai."
Dengan menenteng sandal, aku membiarkan kedua telapak kakiku merasakan lembutnya pasir pantai. Hembusan angin sore membuat rambutku yang tergerai begitu saja bergoyang. Maya dan Dimas, mereka memanfaatkan waktu untuk mengambil gambar yang cukup banyak. Pemandangannya di sini memang indah banget.
Aku memilih untuk duduk di hamparan pasir sambil menikmati indahnya pantai berwarna biru.
"Ekhm, saya boleh ikut duduk?" deheman dan suara berat seseorang membuatku mendongakkan kepala. Pria yang aku ketahui sebagai temannya Dimas itu menanti jawabanku, dengan segera aku mempersilahkan dia untuk duduk.
"Maya sama Dimas mana? Masih foto-foto?" tanyaku.
"Hmm, mereka asyik foto-foto, jadi saya tinggalin aja, dan ketemu kamu di sini," jelasnya. "Oh, iya, kita belum kenalan," lanjutnya.
Pria yang tengah tersenyum manis itu menjulurkan tangannya. Aku pun segera menjabat tangannya, dan memperkenalkan diri. "Renata."
"Andra."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss and I
General FictionBagas Aditama, pria dewasa yang sudah menginjak usia lebih dari Tiga puluh tahun. Diumurnya yang sudah kelewat matang ia belum menikah. Tepatnya, Bagas terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun, akhir-akhir ini Bunda nya selalu cerewet dengan perta...